Dengan pakaian terbaiknya, Ruby berdiri di depan cermin full body sambil menatap tubuhnya dari atas sampai bawah. Make up yang natural membuatnya semakin cantik. Gaun berwarna peach semakin menambah aura feminim disertai perhiasan yang tak terlalu berlebihan.
Hanya karena ingin bertemu Damian, Ruby rela meluangkan waktunya berjam-jam untuk belajar merias diri. Mulai dari make up, style, dan tutorial untuk menarik pasangan di kencan pertama mereka.
Gadis itu mendekat ke cermin dan berpose ala model papan atas. Tiba-tiba perhatiannya tertuju pada sebuah benda yang terlihat berkilau di cermin. Ruby menyentuh liontin yang melingkar indah dilehernya penuh rasa penasaran. "Cantik, sih. Biarin aja lah," ucapnya.
Untuk pertama kalinya Ruby mengeluarkan kalung yang biasanya selalu ia sembunyikan ke dalam baju agar tak nampak oleh orang lain. Jika dilihat-lihat kalung itu cukup bagus, tidak ... mungkin sangat bagus karena jika diteliti, benda itu seperti kalung mahal.
"Perfect!" Ruby bertepuk tangan ketika melihat dirinya di pantulan cermin.
Ruby keluar dari kamarnya berjalan menuju ruang tamu berniat menghampiri kedua orang tuanya yang sedang duduk santai sambil menonton TV.
Melihat anaknya yang sangat cantik malam ini membuat mereka langsung bertanya-tanya. "Sayang, mau ke mana? Cantik banget." Embun menghampiri sang anak dengan tatapan terpesona.
"Ruby mau ngedate, Bun. Doain, ya?" sahut Ruby tersenyum malu-malu.
"Anak Bunda udah gede ternyata. Siapa pacar kamu? Alga?"
Ruby melotot sambil menggelengkan kepalanya. "Nggak, lah! Mana mungkin," sahutnya.
Embun mengetukkan jari telunjuknya di dagu sambil berpikir keras. "Siapa? Bunda gak tau. Setau Bunda dulu kamu dekat sama Alga."
"Hehe ... nanti Ruby kenalin deh. Tapi pas kita udah jadian, ini masih tahap PDKT, Bun," ucap Ruby cengengesan.
"Wah ... semangat anak Bunda. Bunda tau pilihan kamu pasti yang terbaik."
"Kenalin cowok itu ke Ayah. Suruh datang ke rumah kalau bener-bener serius," cetuk sang Ayah tiba-tiba.
"Iya-iya! Nanti Ruby seret ke rumah."
"Kok diseret?" tanya Bunda dengan ekspresi terkejut.
Ruby menghala nafas dengan wajah tertekan. "Dia kalo diajak pasti gak mau, diseret baru mau."
Kedua orang tuanya geleng-geleng kepala saat mendengar penuturan Ruby.
"Oh, iya. Bang Langit mana?" tanyanya ketika menyadari Langit tidak ada di tempat.
"Bang Langit pergi main sama temennya. Paling bentar lagi dateng," sahut Bunda.
Bagus deh kalau dia nggak ada di rumah, artinya gue nggak perlu banyak debat buat pergi jalan sama Damian. Batin Ruby.
"Jangan pulang larut malam. Memangnya cowok itu gak jemput kamu? Kamu pergi sendiri?"
"Iya, Yah. Ruby sendiri yang nyuruh dia buat gak jemput. Soalnya nanti dimarahin Abang. Ayah 'kan tahu sendiri Langit gimana orangnya," sahut Ruby berdecak malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Gadis Gila [END]
Teen FictionBELUM DIREVISI!! Bagaimana jadinya jika seorang gadis yang memiliki sifat bandel, bar-bar, suka membuat onar, dan sedikit tidak waras mengalami transmigrasi ke tubuh seorang antagonis di dalam novel yang baru saja ia baca sebelum meninggal? Sudah ka...