"Orang-orang selalu meminta dimengerti olehmu. Lalu kamu? Siapa yang mau melakukan itu untukmu?"
~ Ruby Livondira ~
***
Ruby berdiri di ambang pintu dengan ekspresi terkejut. Menatap ke arah sosok lelaki dengan jaket kulit berwarna hitam yang sedang duduk di atas motornya.
Tak hanya gadis itu, Edward pun tak menyangka Langit benar-benar nekat datang ke sini untuk menjemput adik kesayangannya. Padahal ia sudah berjanji untuk mengantarkan Ruby hari ini sampai ke rumah mereka. Namun nampaknya Langit masih ragu dengan perkataanya.
"Bang Langit?" Ruby langsung menghampiri Langit.
"Pulang!" ucap Langit dengan wajah datar.
"Kenapa lo tau gue ada di sini?" tanya Ruby menahan tangan Langit yang ingin menariknya ke atas motor.
"Gak penting! Kita pulang sekarang." Langit menjawab tanpa mengalihkan tatapannya ke arah Edward yang berdiri di depan pintu.
Ruby tak berani menyahut lagi. Ia naik ke atas motor dengan perasaan yang tak dapat dijelaskan. Ruby melihat Edward yang kembali masuk ke dalam rumah sebelum melirik sekilas ke arahnya.
Langit menghidupkan kembali motornya kemudian melesat pergi dari tempat itu. Di perjalanan tak ada sepatah katapun keluar dari mulut mereka. Ruby yang biasanya tak bisa diam pun kini tiba-tiba menjadi takut untuk berbicara.
Ruby melihat wajah Langit dari kaca spion. Tangannya perlahan melingkar di perut lelaki itu. Ruby memeluk Langit dan menyenderkan kepalanya di punggung lebar sang Abang. "Jangan marah," Ruby bergumam pelan.
Langit samar-samar mendengar ucapan Ruby. Namun ia tak ingin menjawab sama sekali.
Susah hampir 30 menit akhirnya kedua kakak-beradik itu sampai di depan rumah mereka. Keduanya langsung turun dan masuk ke dalam rumah.
Ruby berusaha menyusul Langit yang melangkah dengan lebar menuju kamarnya. Hingga saat Langit ingin menutup pintu, Ruby langsung menahannya dan masuk ke dalam menghampiri lelaki itu.
"Kenapa lo bisa tau gue ada di sana?" Ruby bertanya dengan ekspresi tak terbaca.
"Gue udah peringatan lo, jangan deket-deket dia!" Langit berucap penuh penekanan.
"Dia yang bawa gue ke sana! Gue bahkan gak pernah deket-deket Edward," sahut Ruby membela diri.
"Maksud gue bukan Edward ... tapi Damian. Gara-gara dia gue harus keliling kota nyari keberadaan lo. Kalau aja dia nganterin lo sampai ke rumah, mungkin semua ini gak bakal terjadi."
"Kok lo malah nyalahin Damian?" Ruby tiba-tiba menunjukkan ekspresi tak setuju, "dia gak tau apapun!"
Tangan Langit mengepal dengan hembusan nafas pelan. Lelaki itu menunduk dan tanpa aba-aba menarik Ruby ke dalam pelukannya. "Lo gak tau seberapa khawatir gue. Lo gak tau seberapa frustasinya gue buat nemuin lo. Gue takut lo kenapa-napa ...." Langit menumpahkan tangisnya di pundak gadis itu.
Ruby hanya bisa mematung. Ia dapat merasakan pundaknya yang basah.
"Apa sesusah itu ngertiin perasaan gue?" ucap Langit suaranya berubah pelan dengan isakan kecil keluar dari bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Gadis Gila [END]
Teen FictionBELUM DIREVISI!! Bagaimana jadinya jika seorang gadis yang memiliki sifat bandel, bar-bar, suka membuat onar, dan sedikit tidak waras mengalami transmigrasi ke tubuh seorang antagonis di dalam novel yang baru saja ia baca sebelum meninggal? Sudah ka...