Chapter 2

110K 10.5K 553
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***


Seorang pria berdehem cukup nyaring membuat perhatian orang-orang mengarah kepadanya. Seketika mereka yang ada di sana tersadar dengan keberadaan Ruby.

"Eh? Nak, ayo duduk!" ucap seorang wanita yang tak dikenalnya sama sekali.

Ruby mengerjapkan matanya perlahan. "Dia ngomong sama gue gak sih?" batinnya.

Ia menengok ke samping dan kebelakang, benar-benar tak ada siapapun disana kecuali dirinya sendiri.

Jika yang dipikirkannya selama ini benar, maka Ruby tau, dua orang dewasa yang sedang memperhatikan dirinya dengan intens saat ini pasti kedua orang tua Ara, Andre Calderioz Alfaro dan Embun Levina Alfaro. Lalu disebelahnya, seorang cowok yang sedang menatapnya tajam, dia pasti kakak laki-laki dari gadis itu, Langit Deviano Alfaro.

Langit juga termasuk salah satu pemeran utama di dalam cerita. Salah satu tokoh sadboy karena tidak berhasil memikat hati protagonis wanita.

"I-iya, emm... bunda?" sahut Ruby membuat mereka yang ada di meja makan terkejut.

"B-bunda?" ulang wanita paruh baya yang menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Anjir! Gue salah ngomong apa gimana nih ceritanya?" batin Ruby.

"M-maaf, Bun-bunda kenapa?" tanya Ruby yang masih keheranan.

"Sejak kapan lo mau ngakuin kalo Mommy gue itu bunda lo?" tanya lelaki yang kini tengah menatapnya datar. "Dan bunda? Bukannya lo bilang lo jijik ya, manggil Mommy gue dengan sebutan ibu maupun Bunda?" sambungnya.

Ruby langsung menutup mulutnya rapat. Dan beberapa detik kemudian ia menyadari sesuatu yang seharusnya tidak pernah ia lupakan.

Ruby baru ingat jika di dalam novel Ara tidak menyukai kedua orang tua nya. Bahkan untuk melirik saja ia enggan. Jika  bertemu di meja makan sama seperti saat ini, Ara hanya diam dan menghabiskan makanannya dan tak acuh dengan keluarganya sendiri.

Semua tau karena ibu Langit merupakan ibu tirinya. Ayahnya menikah lagi setelah satu tahun sang bunda meninggal akibat kecelakaan mobil.

"Maaf," ucap Ruby.

Ia mendekati ibu Langit dan berlutut di hadapan wanita itu. "Bunda... maafin Ara. Ara menyesal... maafin Ara."

Semua orang sontak melotot bahkan syok saat melihat kelakuan mengejutkan dari Ruby yang terlalu tiba-tiba.

Bahkan Ruby sengaja menangis kencang agar mendapatkan perhatian penuh dari mereka semua. Gadis itu semakin memperdalam peran dengan mengeluarkan air mata buaya.

Karena tak mendapat jawaban ataupun respon, Ruby seketika merasa kesal. Ia terpaksa mendekati Embun lalu bersujud tepat di kaki wanita itu.

Ruby semakin mengeraskan tangisnya saat bersujud.

Transmigrasi Gadis Gila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang