Chapter 44

25.2K 2.4K 241
                                    

Jangan lupa vote dan spam komen untuk next ke part berikutnya!!!

***


Menerima karma yang bukan karena kesalahan sendiri bukannya itu gak adil?
-Ruby Livondira-

***

Ruby duduk di depan teras rumahnya sambil merenung dengan pandangan kosong.

Sekuat mungkin Ruby memaksa Damian untuk mengantarkannya pulang, segala bujukan dan penjelasan Damian sama sekali tidak Ruby gubris, meskipun sebenarnya Ruby tetap mendengarkan. Karena pasrah, akhirnya lelaki itu mau mengalah dan menuruti perkataannya.

Pandangan Ruby tertuju pada langit yang tiba-tiba mendung dengan awan hitam tebal yang berusaha menutupi cahaya matahari. Tiba-tiba sebuah tangan menepuk pundaknya membuat Ruby tersentak lalu menoleh ke sang pelaku. "Bang Langit? Ngagetin gue aja lo!" ujarnya kesal.

"Kenapa gak masuk? Datang-datang muka lo kayak habis berantem sama orang. Kenapa?" tanya Langit menatap khawatir.

"Gak papa. Gue cuma lagi kesel sama orang-orang!"

"Sama gue juga?"

"Buat lo terkecuali. Lo kan Abang gue yang paling gue sayang," sahut Ruby tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya.

Langit tersenyum tipis menanggapi ucap Ruby. Ia mengajak gadis itu masuk ke rumah karena cuacanya yang dingin.

Ruby kembali ke kamarnya untuk membersihkan diri. Ia bahkan sudah tidak ingat lagi kalau sejak tadi pagi belum mandi. Setelah selesai melakukan ritual mandinya, masih dengan handuk yang membungkus rambut basah itu, Ruby membuka ponselnya yang sejak tadi mengeluarkan bunyi notifikasi.

"Tumben ada yang nge-chat gue. Biasanya juga sepi banget kayak kuburan."

Matanya langsung menyipit ketika layar ponsel yang ia pegang beralih ke telpon dan menunjukkan nama seseorang yang sangat ia kenali. Ruby terkejut bukan main. "Edward? Kenapa tiba-tiba nelpon gue?!" pekiknya.

Awalnya Ruby malas untuk mengangkat panggilan tersebut, namun karena terlanjur penasaran, akhirnya Ruby menekan tombol hijau dan menempelkan benda pipih itu ke telinganya. "Halo?" ucapnya.

"Lo habis dari rumah Damian?"  tanya Edward tanpa basa-basi.

Ruby mengerutkan keningnya heran. "Iya, kenapa?"

"Lo habis ketemu Jessica di sana?"

"Kok lo tau?" Ruby terlihat sangat terkejut. Mengapa Edward sangat tiba-tiba menghubunginya karena itu?

"Mulai sekarang gue minta, jauhin Damian untuk beberapa hari."

Ruby berjalan ke arah balkon kemudian duduk di sofa yang terletak di sana sambil mencerna perkataan Edward barusan. "Gue baru aja deket sama Damian, kenapa gue harus nurutin ucapan lo dan jauhin dia lagi?" tukasnya terdengar tak setuju.

"Jessica hampir bunuh diri lagi hari ini, karena cemburu liat lo bareng Damian. Dia punya gangguan mental yang bikin emosinya gak stabil dan ngelakuin apa aja buat dapetin apa yang dia mau termasuk nyakitin dirinya sendiri. Jadi gue minta, jangan sampai cewek itu berbuat macam-macam lagi. Karena yang rugi bukan cuma dia sendiri, tapi Damian juga."

Ruby terdiam membisu ketika mendengarnya. Ada perasaan yang sangat sulit dijelaskan dalam diri gadis itu, perasaan kesal, cemburu, dan tak terima jika harus menjauhi Damian. "Kenapa Damian harus rugi? Apa dia suka sama Jessica? Apa selama ini mereka memang punya hubungan lebih dari sekedar sepupu? Lo juga sepupunya, lo pasti lebih tau," tanya Ruby mengompori.

Transmigrasi Gadis Gila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang