Chapter 3

101K 10.1K 604
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"Morning semuanya!" teriak Ruby saat menuruni tangga.

Ia duduk di salah satu kursi di samping Langit dan langsung menyantap makanan yang sudah dibuatkan oleh Embun.

"Makan yang banyak sayang. Mau bunda buatin bekal?"

"Gak usah deh bun. Ruby mau jajan di kantin aja," jawab Ruby dengan senyum lebar.

Saat selesai menghabiskan roti, matanya tertuju pada banyak makanan di atas meja. Dengan gerakan cepat Ruby langsung mengambil nasi, lauk, dan sayur dengan porsi yang tidak bisa di bilang sedikit. Ia bahkan memakannya dengan lahap, seperti orang yang tak makan selama sebulan.

Mereka yang melihat cara makan Ruby yang tidak biasa langsung melotot tak percaya.

"Yakin bisa habisin semua itu? Biasanya juga cuma makan roti atau ngga salad, emang kamu nggak mau diet?" tanya Andre khawatir.

Ruby yang mendengar itu sontak menghentikan kegiatannya, menatap satu persatu orang yang sedang memperhatikannya. "Ck, luawpa lagi kalo Ara nggak suka makan banyak. Lagian kalo makan sayur doang bisa kenyang apa? No! Gue nggak mau ngikutin gaya hidup Ara, bisa mati gue kalo nggak makan banyak." gadis itu membatin sambil mendengus kesal.

"Hehe... Iya. Mulai sekarang Ruby nggak mau diet lagi. Ruby sadar kalo banyak makanan enak yang harus Ruby coba. Lagian kalo makan salad doang mana kenyang," jawabnya.

"Tapi tetap jaga kesehatan ya sayang? Jngan terlalu banyak makan-makan yang enggak sehat." Bunda  memperingati.

"Iya Bun, tapi nggak janji hehe .... " Ruby tersenyum lebar dengan watados.

"Oh iya, malam tadi Langit tidur di kamar kamu?"

Ruby seketika menjatuhkan sendoknya saat mendengar pertanyaan dari sang ayah.

"Iya," sahut Langit cepat.
"Kenapa?" Nada tegas itu seketika membuat Ruby menelan ludah kasar.

"Salah ya, aku tidur di kamar adek?"

Ruby memperhatikan gerak-gerik abang dan juga ayahnya yang saling melempar tatapan tajam. Gadis dengan rambut kuncir kuda itu menggigit ujung sendok, menunggu jawaban Andre selanjutnya. 

Terlihat pria berkemeja rapi itu membenarkan dasi kotak-kotaknya sambil menatap Ruby dan Langit secara bergantian. "Ayah senang akhirnya kalian bisa akur."

Ruby menghela nafas lega. Ia kira mereka akan dimarahi.

"Mulai sekarang jaga adek kamu Langit! Ayah tidak mau melihat kalian seperti dulu lagi."

"Hm," sahut Langit.

"Langit ... " tegur sang bunda agar anak laki-lakinya itu menjawab lebih sopan.

Langit menghela nafas. "Iya, Ayah," ujarnya lagi.

Transmigrasi Gadis Gila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang