Chapter 25

49.3K 5.5K 350
                                    

Ruby membawakan dua buah susu pisang coklat dari kantin kemudian langsung nyelonong masuk ke kelas 12 IPA 1, dimana di situ adalah kelas Damian, Langit, Alga, dan Gavin berada. Yang menjadi objek pertamanya ialah sosok cowok yang duduk paling belakang dan bersebelahan dengan tembok. Mengapa orang pintar duduk di belakang? Pikir Ruby sedikit heran.

Baru saja ingin melangkahkan kakinya Ruby tiba-tiba berhenti di ambang pintu, melihat seorang gadis cantik dengan surai panjang sepunggung datang mendekat ke arah Damian lalu duduk di sebelah kursinya yang kebetulan kosong. Ruby menatap keduanya dengan sorot dingin, wajahnya terlihat kesal namun tak berani untuk berkutik, ia ingin melihat apa yang dilakukannya.

Ternyata gadis itu membawa buku catatan, seperti ingin bertanya kepada Damian tentang sesuatu. Ruby memperhatikan gerak-gerik yang mulai aneh. Apa lagi Damian dengan senang hati mengajari gadis di sebelahnya. Seingat Ruby kemarin ia minta ajari Fisika langsung ditolak, mana dikatain sebelum pergi. Ruby tak bisa melupakan hal menyakitkan itu.

"Dam ... pulang sekolah nanti, lo ada waktu luang?"

Damian terlihat mengangkat alisnya kemudian bertanya, "Kenapa?"

"Emm ... mama nyuruh lo ke rumah. Katanya kangen sama lo," ucap gadis itu sedikit terkekeh.

Damian pun membalas dengan senyuman tipis yang tak pernah ia tunjukkan sebelumnya. Ruby yang menyaksikan hanya bisa berdiri kaku melihat keakraban mereka. Setahunya Damian tidak suka berdekatan dengan perempuan. Tapi cewek itu? Banyak pikiran negatif yang mulai terbersit di pikirannya. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang ingin Ruby ketahui jawabannya langsung dari mulut lelaki itu.

"Okay, gue gak sibuk," sahut Damian begitu manis.

Hati Ruby seperti ditusuk oleh ribuan jarum rasanya. Entah Damian dan cewek itu punya hubungan apa, Ruby merasa seperti tersingkirkan.

"Damian!" Dengan keberanian Ruby akhirnya mendatangi Damian sambil tersenyum begitu lebar, berusaha melupakan kesedihannya.

Namun Damian nampak tak menghiraukan, yang menoleh malah gadis di sampingnya itu. Ruby merasa sebal, apa ia harus membawa toa dan berteriak tepat di telinganya agar Damian bisa mendengar suaranya.

"Kenapa?"

"Gue manggil Damian, bukan lo!" sahut Ruby, wajahnya langsung berubah masam.

"Gue mau ngomong sama Damian, minggir!"

"Lo apa-apaan, sih? Adek kelas gak sopan banget. Masuk-masuk bikin ribut aja."

"Ya, makanya minggir dulu! Gue mau ngobrol langsung sama calon pacar," sahut Ruby tak menghiraukan tingkat kepedeannya yang begitu tinggi.

Terlihat wajah sinis dari gadis itu. "Jangan mimpi! Damian itu punya gue!" ucapnya.

"Gue gak salah denger? Lo yang jangan mimpi!"

"Cukup!" Damian tiba-tiba bersuara, satu kata yang keluar dari mulutnya langsung menghentikan perdebatan kedua gadis itu.

"Ngapain?" Seperti biasa, Damian selalu menatap Ruby dengan wajah datar seakan benar-benar tak suka.

"Nih, gue beliin lo susu coklat pisang, susu pisang coklat, coklat pisang susu, pokoknya itulah namanya! Khusus buat lo," ucap Ruby menyerahkan kedua susu yang sengaja dibelinya tadi.

Transmigrasi Gadis Gila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang