***
"Ini beneran Lo Ra?"
Sudah hampir 20 kali Vino menanyakan hal yang sama kepadanya.
"Bukan, gue janda di samping rumah lo!" Ruby menatap sinis lelaki yang banyak bicara itu.
"Loh? Kok Lo tau kalo di sebelah rumah gue ada janda?"
"Bacot ah!" Entah mengapa Ruby sangat kesal saat melihat wajah-wajah mereka.
Gadis itu kembali melanjutkan acara makannya tertunda, dan tentunya kini ia tak perlu khawatir lagi tentang bayaran.
Mereka yang mendengar nada bicara Ruby yang seperti itu seketika kaget. Di mana Ara yang dulu? Pikir mereka. Di mana gadis yang biasanya berkata lembut, lemah gemulai hingga membuat orang lain ingin muntah?
"Perasaan lo gak pernah ngomong gitu deh sama kita-kita. Kesambet apaan lo sebelum kemari?" Gavin menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Gak marah, cuma dendam doang," sahut Ruby.
"Wah ... santai dong! Gak usah gitu juga kali ngomong nya," ujar Eros, melihat Ruby yang semakin sinis kepada mereka.
Pandangan Ruby bergulir ke samping, merasakan mata tajam sedang memperhatikannya, ia pun langsung menatap balik Alga. Ruby menelan ludahnya kasar.
"Ara strong banget gak sih? Bisa bertahan untuk cinta sama cowok modelan Alga. lagian cogan di muka bumi banyak kali, gak cuma dia doang. Tapi ganteng sih. Seumur-umur gue baru pertama kali liat muka modelan kayak mereka. Emang ya, tokoh novel visualnya udah gak ketolongan."
"Kenapa ya, di kelas gue dulu gak ada yang good looking kayak tokoh-tokoh fiksi ini? Dapat model kayak si Asep aja udah sujud syukur gue, apa lagi kalo gue bawa semua cogan ini ke dunia gue? Huaa ...! Aku tidak dapat membayangkan nya."
"By? Lo gak papa?" tanya Langit sedikit takut, melihat Adiknya kembali melamun sambil menatap ke arah Alga.
"Pasti populasi cogan gue semakin meningkat. hahaha ... hahaha .... " Ruby tertawa bak iblis di keheningan.
Semua orang langsung mengalihkan perhatian mereka kepada gadis itu. Bahkan cowok-cowok yang kini sedang duduk satu meja dengannya langsung terdiam.
"Ra? Lo kenapa?" tanya Gavin, merasakan aura-aura negatif saat tawa gadis itu menggelegar.
Sedangkan sang pelaku hanya menatap polos, seakan tak tau apa yang telah terjadi. "Kenapa?"
"L-lo? Kenapa ketawa-ketawa sendiri?" ucap Vino takut.
Ruby tersenyum lebar. "Gak papa kok," jawabnya.
"Gue udah selesai makan. Bayarin ya, Bang!" Dengan cengiran tanpa dosa, ia melambaikan tangannya kepada Langit dan berlari ke luar kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Gadis Gila [END]
Teen FictionBELUM DIREVISI!! Bagaimana jadinya jika seorang gadis yang memiliki sifat bandel, bar-bar, suka membuat onar, dan sedikit tidak waras mengalami transmigrasi ke tubuh seorang antagonis di dalam novel yang baru saja ia baca sebelum meninggal? Sudah ka...