Happy Reading!
*****
"Bukan Sheila," sanggah seorang gadis dengan mata coklat dan rambut curly di bagian bawah. Ekspresi gadis dengan seragam SMA itu terlihat tak santai.
Mendengar sanggahan itu, kontan saja sang lawan bicara hanya bisa menghela nafas sabar.
"Bukti-bukti sudah terpapar dengan jelas dan kamu masih saja mengelak?" ucap laki-laki yang tak lagi muda, terlihat sedang menahan kekesalan pada salah satu anak didiknya ini.
Sheila menghela nafas, Ia menyenderkan tubuhnya pada kursi lalu memalingkan wajah. Pundung.
"Mau bukti atau apapun, kalo saya gak ngerasa mau bagaimana?"
"Sheila!"
Gadis itu makin mengeluarkan helaan nafas berat saat melihat kedatangan seseorang yang sangat tidak di inginkan nya.
Ayah.
Dan, tidak berselang lama, seorang wanita yang terlihat masih sangat muda dan cantik juga datang.
Bagus, mereka kompak saat yang tepat. Pikir Sheila dalam hati.
"Kamu buat masalah apalagi hari ini?" tanya wanita itu yang tak lain adalah Bunda Sheila dengan nada bosan.
Berbeda lagi dengan ayah yang sudah mengeluarkan tatapan elangnya.
Well, kali ini Sheila tidak bisa berkutik. Mau bagaimanapun Ia membela diri, tetap saja mereka tak akan percaya.
"Alhamdulillah kalian datang," ucap laki-laki tadi, Ia adalah Kepala sekolah disini.
"Maaf kalau Sheila sering menyusahkan," kata Ayah yang membuat senyum maklum dii bibir sang kepala sekolah, lain dengan Sheila yang merenggut sempurna.
"Pelanggaran yang Sheila lakukan sudah fatal dilakukan, ditambah dengan poin yang selalu minus, kami tidak tau apalagi hukuman yang bisa membuatnya jera."
Sheila sontak menggaruk telinganya yang tidak gatal karena merasa jika pembicaraan ini terlalu membosankan. Ia bernafas dengan lambat, merasakan rasa dingin dan kantuk secara bersamaan, belum lagi harum ruangan yang beraroma bunga sedap malam.
"Saya sangat meminta maaf atas itu, Pak. Sheila ini memang susah sekali diatur," ucap Bunda dengan wajah bersalah.
"Sebenarnya itu sudah menjadi tugas kami sebagai wali di sini, hanya saja sekolah ini sepertinya tidak bisa membuat Sheila berubah menjadi lebih baik."
"Biar kami yang pikirkan jalan terbaiknya, pak," ucap Ayah dan dengan senyum tipis pertanda menenangkan.
Sheila jadi misuh-misuh di dalam hati, memangnya ja seburuk itu, ya?
Oke baik, biar Sheila jelaskan apa salahnya disini. Sebenarnya hanya hal remeh, seperti bolos pelajaran dan lebih memilih ke Mall dengan anak laki-laki kelasnya, mengusili guru tua perempuan yang latah dan galak, lalu mengunci seorang guru killer di Gudang.
Jadi ya gitu, hanya itu-itu saja.
Namun entah angin darimana, hari ini Sheila sedikit lebih buruk, ia telah mengerjai guru baru disini hingga guru itu pingsan.
"Dengan segala yang di perbuat Sheila, kami yang akan memindahkannya langsung."
Sheila terlalu mengantuk hingga hanya bisa mendengar kata terakhir.
Dipindahkan? Memangnya Sheila ini barang?
Tapi tunggu dulu!
"Apa, Bun?! Sheila mau dipindahin?" mata Sheila terbuka sempurna dengan rasa kantuk yang sudah pudar.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE (End + Revisi)
Teen FictionLeon Skala Pradipta, seorang cowok yang memiliki segala definisi kata sempurna, dari paras, sikap dan otaknya harus mengalami suatu peristiwa yang merubah hidupnya. Sheila Zevanya Andromeda, seorang gadis keras kepala dan pembangkang namun cantik it...