38. Honeymoon 2

14K 496 1
                                    


"Sekuat apapun kamu mengelak. Percayalah jika takdir tuhan sudah tersusun begitu indah"

Gak bisa jabarin seberapa rasa aku ke kamu.

_Leon_


Happy Reading!


*****

Leon merasa seperti deja vu. Kejadian ini pernah dialaminya saat menyelamatkan Sheila yang jatuh ke kolam dan membawanya ke apartment miliknya. Jika dipikir lagi, itu adalah hal terbodoh yang pernah ia lakukan, dan lebih parahnya ia tercyduk oleh papanya sendiri dan berakhir salah paham.

Padahal, Leon bisa saja menyewakan hotel untuk Sheila sendiri dan ia bisa pulang. Atau, ia menahan untuk tidak memeluk Sheila yang kala itu kedinginan.

Namun kenyataannya. Leon benar-benar tidak bisa mengelak jika ia khawatir.

Bahkan mencuri first kiss Sheila karena ingin memberi nafas buatan.

Tak terasa, kedua sudut bibir Leon  naik mengingat kembali momen itu.
Ia sekarang justru bersyukur. Takdir dari Allah memang lebih indah dari perkiraan manusia.

Tangan kekar laki-laki itu mengelus lembut kedua pipi Sheila sambil menatapnya hangat.

Gadis itu--ah ralat. Perempuan itu nampak sangat pulas menindih dadanya.

Leon jadi tak kuasa membangunkan Sheila.

"Baby," lirih Leon sambil mengecup dahi istrinya lembut dan menghirup aroma manisnya yang selalu memabukkan.

Leon benar-benar mencintai Sheila.
Rasanya sangat menyenangkan sekaligus membahagiakan karena bisa memiliki perempuan itu sepenuhnya.

Merasa diusik, Sheila menggeliatkan tubuhnya dengan mata yang mulai berkedip.

Saat mata Sheila terbuka sepenuhnya, ia bisa melihat sosok laki-laki yang tersenyum manis padanya.

Sangat menggemaskan. Membuat tangan mulusnya terulur mengusap rahang tegas Leon.

"Hei, Sholat Shubuh dulu, baby."

Sheila tersenyum dan mengangguk, ia hendak menegakkan tubuhnya tapi Leon mencegahnya.

"Kenapa?"  Sheila menatap bingung Leon.

"Sakit?" tanya Leon dengan ekspresi cemas.

Sheila mengangkat kedua alisnya kemudian tersenyum lembut karena sudah menangkap maksud Leon.

"Sedikit," pelan Sheila, Ia buru-buru menambahkan kalimatnya saat melihat wajah bersalah Leon.

"Tapi gapapa, kok. Aku bahagia, Leon. Lagian hal ini udah jadi resiko aku."

Leon tertegun. Sheila mulai bisa berfikir dewasa membuat perasaannya kian besar untuk perempuan yang berstatus sebagai istrinya itu.

Ia mengecup dahi Sheila penuh sayang.

"Kita mandi," ucap Leon lalu menggendong tubuh ramping Sheila tanpa peringatan membuat Sheila terkejut dan refleks melingkarkan kedua tangannya di leher Leon.

"Kita?"

Leon tersenyum miring.

Dan.. percayalah jika itu bukan pertanda baik untuk Sheila.

***

Berkunjung ke Bali tidak akan bermakna jika kita tidak mengunjungi pantainya yang sangat elok.

INEFFABLE (End + Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang