32. Pernyataan cinta

10.1K 521 3
                                    


"Kamu tau, gak? Tokoh yang selalu aku ceritakan di setiap pembicaraan kita.. itu kamu."

I love you. Hehe, sorry bilang dulu. Soalnya kalo nunggu kamu lama.

Happy Reading!

*****

"Man--"

Manda langsung membuang muka saat Sheila memanggilnya.

Gadis itu jadi serba bingung. Semua orang di kelas terlihat menatapnya tak suka. Sheila sih tidak apa-apa, hanya saja jika Manda yang melakukan itu, entah mengapa hatinya sakit.

Karena Manda biasanya akan selalu berada di garda terdepan saat ia dalam masalah.

"Assalamualaikum," ucap Putra di barengi Haikal.

Mereka datang berempat--tentunya dengan Agam dan Reyhan juga.

Sempat bersitatap dengan Sheila dan mereka saling pandang.

Haikal mengode Putra untuk duduk saja. Padahal biasanya mereka akan menggoda Sheila.

Gadis itu menghela nafas. Hal ini pasti akan terjadi, pikirnya.

"Aduh, deketin cowok sana-sini taunya udah ada doi," ucap Nasya lalu ia berpura-pura kaget sambil menutup mulutnya.

"Iya, ya. Kasihan banget kak Leon punya pacar yang begitu."

"Ck, emang gatau malu."

Nasya dan ketiga temannya terkekeh, Tapi hanya mereka saja yang seperti itu karena yang lainnya diam. Sepertinya ucapan Leon di ruang OSIS tadi sangat membekas pada mereka.

Sheila menatap tajam Nasya, ia hanya memperingatinya lewat tatapan karena Sheila sangat malas meladeni gadis itu.

Perseteruan sengit itu berhenti karena guru mereka masuk ke dalam kelas.

"Manda, we need to talk."

Manda melirik Sheila dan menghela nafas.

"Gak ada yang perlu dibicarain. Beberapa hari ini, lo jangan ngomong sama gue dulu," ucap Manda dengan nada dingin.

Sheila sedikit tersentak mendengarnya. Ini kali pertama Manda begitu dingin padanya, biasanya gadis itu akan mengeluarkan nada ceria.

"Lo marah juga sama gue, Man?"

Manda diam membuat Sheila terus menatapnya.

"Gue gapapa kalo semua orang benci sama gue, Man. Tapi kalo lo juga begitu, terus siapa yang bakal percaya sama gue?"

Manda meremas kertas yang menjadi bahan pelampiasan emosinya. Ucapan Sheila begitu menusuk hatinya membuat ia ikut sakit.

Sheila menunduk. Ia berusaha biasa-biasa saja karena ini memang salahnya yang dari awal ingin hubungan ini di rahasiakan.

***

Bel istirahat telah berbunyi nyaring membuat para murid bersorak senang. Tidak untuk Sheila, ia malah harus melihat Adel dan Siska yang hanya mengajak Manda ke kantin.

INEFFABLE (End + Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang