44. Teror

7.7K 390 0
                                    

"kamu tidak akan mengerti apa saja hal yang sudah ia lewati, jadi tolong jangan hancurkan kebahagiaannya."

Sederhana saja, aku hanya takut kehilanganmu.

_Sheila_

***

Happy Reading Yeorobun!

*****

"Kamu gausah janji-janji lagi deh sama aku."

Sheila menahan Leon yang akan berbicara membuat cowok itu sontak terdiam.

"Gausah minta maaf."

"Shei," ucap Leon menghela nafas.

"Apa?!"

Leon mencoba meraih tangan Sheila namun ia menepisnya.

"Selama ini aku udah sering ngalah, tapi gak untuk sekarang."

"Kamu kenapa, sih?" Leon mengusap wajahnya kasar. Ia mencoba mengontrol emosinya yang ingin keluar karena sikap Sheila.

"Aku pergi untuk kerja, Shei. Bukan untuk senang-senang atau apapun, kamu bisa kan ngertiin aku?"

Sheila terkekeh pelan. "Kamu fikir selama ini aku gak ngertiin kamu?"

"B-bukan gitu," sela Leon dengan wajah bersalah. Ia tidak bermaksud menyinggung perasaan Sheila.

Namun Sheila nampak tak ingin mendengarkan apapun lagi.

"Sekarang aku tanya, apa kamu juga pernah ngerti aku?"

"Shei."

"Pernah gak?"

"Maaf."

"Kamu selalu aja minta maaf. Aku mau tanya, kamu pernah gak ngerti gimana rasanya di posisi aku?"

Sheila memejamkan mata sejenak. Ingatannya melayang ke beberapa kejadian yang mengganggunya belakangan ini. Itu juga yang membuatnya tidak ingin ditinggal sendirian oleh Leon.

Leon memang sibuk sekali belakangan ini membuat Sheila kesepian. Setiap ia membutuhkan Leon, Laki-laki itu tidak ada. Sheila mengerti jika Leon sangat sibuk, dari dulu, sejak Leon masih menjadi ketua OSIS Bina Bangsa. Sheila tidak pernah mengeluh meskipun jujur saja ia mengharapkan Leon selalu ada di sisinya. Namun sekarang berbeda.

"Kamu gak ngerti, kan?" tanya Sheila karena Leon diam saja.

"Siapa yang gak ngerti siapa, Leon? Aku, atau kamu? Atau kita?"

Sheila tersenyum miris.

"Hei," panggil Leon lembut membuat pertahanan Sheila hampir runtuh.

"Kamu kenapa, hm?"

"Aku salah, Shei. Iya, aku yang salah, aku yang gak ngerti kamu. Maaf ya?"

Leon mengajak Sheila duduk lalu di sofa kamar lalu Ia berjongkok di depan Sheila yang menunduk.

"Kamu kesepian ya karena Leon sibuk ngurusin berkas sama kuliah terus?"

"Maaf ya sayang. Aku gak mikirin gimana beratnya jadi kamu." Leon menggenggam tangan mungil Sheila dan menundukkan kepalanya.

"Maaf."

Pertahanan Sheila runtuh. Ia mulai menangis hingga air matanya jatuh mengenai genggaman tangan mereka.
Hal itu membuat Leon mendongak.

Ini pertama kalinya Leon melihat Sheila menangis.

"Jangan nangis," pinta Leon. Ia merasa sakit melihat mata indah itu mengeluarkan air mata.

INEFFABLE (End + Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang