Epilog

8.8K 425 30
                                    

Untuk terakhir kali di cerita ini,

Aku mengucapkan,

Happy Reading!

***

"Kallan, kamu ganteng banget sih? mau gak jadi pacar, aunty?"

Kallan, laki-laki kecil dengan wajah good looking yang mewarisi Papa dan Mamanya itu hanya tersenyum simpul mendengar pujian dari sahabat dari mamanya.

"Iyalah, kalo Kallan gak ganteng, berarti bukan anak Papa."

Susy melebarkan mata tak percaya mendengar nada pede dari anak umur 5 tahun ini.

"Kallan, Mama udah bilang, kalo papa ngajarin yang gak bener, jangan ditiru." Sheila datang dengan segelas susu rasa vanila untuk buah hatinya.

"Iya, Ma. Maaf," lirih Kallan cemberut. Ia paling takut dengan Mamanya karena galak. Namun jauh tentang itu, Kallan sangat menyayangi Mamanya, jadi ia tidak berani melawan.

Susy menggeleng dengan kekehan kecil. Merasa lucu melihat interaksi ibu dan anak ini.

"Sifat Kallan kayaknya mewarisi lo, deh," bisik Susy.

Kallan bukan anak yang dingin dan acuh seperti Papanya. Ia tergolong anak yang aktif dan pandai, malah kadang berujung menjengkelkan saking aktifnya.

"Gen campuran," bantah Sheila. Ia menghela nafas, mengingat betapa bebalnya Kallan, apalagi saat sedang emosi.

Sementara Kallan hanya mendengarkan dengan seksama obrolan orang dewasa itu dari balik gelasnya. Ia sedang menghabiskan susu kesukaannya.

"Mama, gen itu apa?" tanya Kallan saat susunya telah habis.

"Gen itu Mama dan Papa," jawab Sheila mempermudah.

"Kalo aku namanya apa?" tanya Kallan lagi dengan Binar mata ingin tahu.

"Kalo kamu bibit unggul." Sheila terkekeh sendiri. Kallan memang sangat tampan sedari kecil, bahkan banyak anak cewek yang mengaguminya.

Kallan mengangguk mengerti membuat Susy hampir menepuk dahinya.

"Gak anak gak emak. Sama-sama pede." Jadi sebenarnya, yang membuat Kallan pede siapa?

"La, kita jalan yuk! Ajak Kallan sekalian. Lo pasti suntuk banget kan belajar buat ujian?" tawar Susy.

Fyi. Sheila sudah kuliah semester 5 dan mengambil jurusan tata busana. Sekarang ia sedang ujian.

Sedangkan Susy sudah mulai magang di kantor Advokat. Ia lulus sebagai sarjana hukum.

"Kallan mau jalan-jalan, kan?" tanya Susy. Jika ibunya susah diajak, maka bujuklah anaknya.

"Jalan-jalan? Mau, mau!"

"Tapi gue masih harus belajar, Sy."

"Udah lah, belajar mulu lo, masuk otak kaga, puyeng iya!"

"Mama, Kallan bosen," ujar Kallan menarik-narik dress Mamanya.

Sheila menghela nafas. Baiklah, apa boleh buat?

***

Sheila baru saja akan berbelok ke Timezone saat suara siulan terdengar.

"Kiw, cewek! Cantik banget, sih."

Sheila, Susy dan Kallan yang sedang memakan es krim sontak menoleh lalu menemukan lima pemuda yang sedang berjalan menghampiri mereka.

"Papa!" Kallan berlari ke arah salah satu pemuda yang memakai kemeja putih dan dalaman kaos hitam dan memeluk kakinya.

"Widih, ponakan gue kok udah gede aja, ya." Bagas ikut mengacak rambut Kallan gemas.

INEFFABLE (End + Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang