"Cinta itu hadir karena terbiasa."
.
.
.
.Zoom - Jessie
Happy Reading!
*****
"Lo tuh kemarin kemana sih? Gue telpon, eh malah hapenya gak aktif."
"Iya, La. Padahal kita tuh mau ajak ke PM."
"Lo kalo malem gak boleh keluar, ya?"
Sheila tersenyum paksa mendengar ocehan teman-temannya itu, dalam hati bersyukur karena mereka tak menyadari sesuatu.
"Sorry.. Gue ketiduran tadi malem," ucap Sheila tersenyum kecil.
"Masa sih udah tidur?" ucap Manda dengan mata memicing curiga membuat Sheila memainkan sedotan jus mangganya.
"Iya.. gatau, random aja tidur jam segitu."
Manda menghela nafas dan mengangguk pelan.
Sementara Adel terlihat tersenyum. "Udahlah, lain kali pokoknya kita harus pergi sama-sama ya."
Siska mengangguk setuju. "Iya, biar Manda gak uring-uringan karena bestienya gak ada."
Manda cemberut, ia melemparkan tissue bersih ke arah Siska.
"Kampret!"
Sheila dan Adel terkekeh pelan melihat mereka. Tatapan mata Sheila lalu tak sengaja menatap ke arah pintu masuk kantin, posisi dia yang berhadapan langsung dengan pintu membuat ia tau siapa saja orang yang lalu-lalang, ya meskipun tak kenal.
Dan ia bisa melihat Leon dengan teman-temannya, juga Gibran. Entahlah, di Bina Bangsa sepertinya tak masalah jika berkumpul bersama kakak kelas.
"Bina Bangsa seniornya gak gila hormat ya?" tanya Sheila. Ia mulai memakan baksonya, mengabaikan pekikan tertahan dari para betina yang mulai terdengar didekatnya, mungkin karena kehadiran para mostwanted sekolah.
"Kalo begitu sih gue udah suruh lo panggil 'kak' tiap hari," balas Siska.
"Iyaa, emang apasih yang harus di gilain? Toh kan kita sama aja. Cuma beda tingkat," ucap Adel.
Sheila mengangguk mengerti.
"Ya tapi emang cuma beberapa sih yang bisa deket sama kakel," kata Manda, ia menopang dagu sambil memperhatikan sudut kantin.
"Karena circle, ekskul atau relationship." Adel mengacungkan jempol pada Siska.
Sheila memperhatikan Siska yang terlihat senyum-senyum sendiri.
"Kenapa tuh anak?" tanya Sheila tanpa suara pada Manda.
Manda melambaikan tangan, menyuruh Sheila mendekat dan dituruti oleh gadis itu.
"Siska tuh suka sama Gibran," bisik Manda, sedangkan Sheila terdiam.
"Gue mau kasih sesuatu buat dia," ucap Siska sambil mengambil sesuatu di samping kursinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE (End + Revisi)
Teen FictionLeon Skala Pradipta, seorang cowok yang memiliki segala definisi kata sempurna, dari paras, sikap dan otaknya harus mengalami suatu peristiwa yang merubah hidupnya. Sheila Zevanya Andromeda, seorang gadis keras kepala dan pembangkang namun cantik it...