68. Menjemput bahagia

8.5K 401 12
                                    


Last chap

Happy Reading!

***

2 bulan kemudian

"Sakit."

Leon mengusap lembut dahi Sheila, kegiatan yang sudah ia lakukan selama 10 puluh menit. Perempuan itu sedang mengalami kontraksi ringan.

"Leon, sakit," adu Sheila dengan wajah pucat yang membuat Leon tak tega.

"Iya, sayang. Aku tau." Leon mengecup bibir Sheila singkat.

"Cari kesempatan," gerutu Sheila lalu kembali meringis karena nyeri kembali menghampirinya.

"Bibir kamu pucet banget."

"Alesan."

Leon terkekeh. "Ke rumah sakit aja ya?" Sheila langsung mendelik.

"Cuma kontraksi kecil, Leon."

"Tapi pasti punya obatnya, kan. Kalo kaya gini kasian kamu nya, aku gak bisa bantu apa-apa."

Sheila tersenyum. Betapa beruntungnya ia memiliki suami seperti Leon. Perempuan berbadan dua itu menggenggam erat tangan Leon membuat laki-laki itu menatapnya.

"Kamu selalu ada disini, dan genggam tangan aku aja udah membantu banyak, sayang," kata Sheila dengan suara lembut.

Leon berdehem pelan. Wajahnya memanas. Ia beralih mengelus punggung Sheila membuat perempuan itu makin menempel padanya. Wangi Leon selalu menenangkan Sheila.

"Kalo sakit, kamu boleh cakar atau remas tangan aku oke?"

"Mana tega aku nyakitin kamu."

Sheila menyandarkan kepalanya pada dada Leon.

"Gini aja."

Leon menatapnya lalu kembali mengelus dahi Sheila hingga perempuan itu terbawa ke alam mimpi.

Meskipun begitu, Leon tidak berniat menghentikan usapannya. Ia masih betah menatap wajah perempuannya dari samping.

Semua berlangsung cukup lama sampai Leon mendengar notif dari ponselnya.

Leon melepas genggaman tangan Sheila dengan hati-hati, dan berusaha menjauhkan tubuhnya dengan pelan, ia tidak ingin Sheila terusik. Namun, insting Sheila terlalu kuat sehingga ia tersentak pelan.

"Jangan pergi," lirih Sheila terisak kecil tak lama kembali tidur.

Tatapan Leon meneduh. Ia kembali pada posisinya lalu mengecup dahi istrinya.

"Iya, aku gak akan kemana-mana."

***

Laki-laki itu sedang fokus mengecek laporan keuangan perusahaan, sebelum suara lembut dan pelukan erat dibelakang tubuhnya menghampiri.

Leon menoleh, memberi kecupan pada pipi Sheila.

"Kata bunda, makan dulu."

"Iya." Leon langsung menutup laptopnya.

Ia meraih pinggang Sheila lalu membawanya berjalan ke ruang makan yang tidak jauh dari kamar, sambil sesekali ikut mengelus perut Sheila.

"Nah datang juga pasutri baru," ucap Sargas saat melihat kedatangan kedua anak manusia itu.

"Kita nikah udah lama, bang."

"Tapi tetep aja kaya baru."

Leon tersenyum tipis membalas ucapan Sargas.

"Shei, gimana? Kamu ngerasain kontraksi lagi?" tanya Ayah dengan wajah cemas. Laki-laki dewasa itu sudah berada di kursi makan dan menatap putrinya.

"Lumayan sering, yah."

INEFFABLE (End + Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang