_jangan dipaksa, bila semua telah berbeda_
***Happy Reading!
***
Leon menghela nafas gusar. Rasa khawatir dan marah menggerogoti hatinya membuat Ia nyaris Gila saja. Bagaimana bisa Sheila tidak pulang sampai jam segini?
Cowok itu menyugar rambutnya ke belakang sambil mulai menenangkan diri. Ia harus berfikir positif demi menjaga kewarasannya.
Setelah sedikit tenang. Ponsel di dasboard Mobilnya bergetar membuat ia menatap benda persegi mahal itu.
"Leon, gue tau dimana Sheila," ucap si penelpon dengan nada datar andalannya.
"Dimana?" tanya Leon cepat. Mata lelahnya seketika berbinar.
"Rumah sakit di--"
"Sherlock alamatnya buruan!" Tanpa mendengarkan apapun lagi, Leon mematikan sambungan telepon secara sepihak. Jantungnya berdegup kencang karena rasa cemas berlebih.
"Semoga kamu baik-baik aja, Shei," gumam Leon sambil mulai menginjak gas.
Cowok itu mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi setelah tadi melihat alamat yang di kirim salah satu Temannya.
Tepatnya teman tongkrongan Leon, selain para anak buahnya, Ia juga meminta bantuan kepada mereka.
Tidak sampai 15 menit untuk Leon sampai di rumah sakit. Setelah memarkirkan mobil di basement, Ia segera berlari ke resepsionis.
"Pasien atas nama Sheila, sus," ucap Leon cepat. Ia tidak peduli dengan jasnya yang sudah acak-acakan dan keringat yang menetes di dahinya. Yang ia mau hanya Sheila dan kabar baiknya.
"Sheila Andromeda?" tanya suster itu seraya mengecek data pasien.
Leon mengangguk.
"Dia di ruang Daisy no. 16."
"Terimakasih, sus."
"Sama-sama," ucap suster itu menatap Leon yang mulai menjauh dengan tatapan kagum.
"Ganteng Banget ya tuhan," gumamnya sambil memegang kedua pipinya yang merona.
Sementara itu Leon mencari letak ruang yang dimaksud dan seketika berhenti saat matanya menangkap seseorang yang tak asing.
"Tunggu," ucap Leon mengentikan pergerakan orang itu yang akan pergi. Ia menoleh dan mengernyit heran melihat Leon.
"Maaf, kita saling kenal?"
Leon membasahi bibirnya, ia melirik ke plang di atas pintu di depannya.
Daisy 16.
"Gue Leon, suami Sheila."
Ekspresi Bingung Ardan perlahan surut, berganti dengan raut tak terbaca.
Leon sendiri bingung mengapa Ardan diam saja. Hingga tiba-tiba sebuah bogem mentah mendarat di wajah tampannya.
Bugh!
"Bangsat! Lo gak bisa jagain Sheila, hah?!" sentak Ardan emosi.
Leon mencekal tangan Ardan yang akan kembali memukulnya. Terlihat jelas wajah marah Ardan membuat Leon menghela nafas.
"Gue emang salah."
Ardan menarik kembali tangannya namun tatapan matanya tak pernah lepas menatap Leon tajam.
"Dia gak apa-apa, kan?" tanya Leon. Jauh dari amarah Ardan, Ia lebih mengkhawatirkan keadaan Sheila dan juga calon bayinya tentu saja.
"Kenapa Lo gak jenguk aja langsung?!" sindir Ardan.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE (End + Revisi)
Teen FictionLeon Skala Pradipta, seorang cowok yang memiliki segala definisi kata sempurna, dari paras, sikap dan otaknya harus mengalami suatu peristiwa yang merubah hidupnya. Sheila Zevanya Andromeda, seorang gadis keras kepala dan pembangkang namun cantik it...