47. Alone

8.4K 356 1
                                    

"Mengertikah kamu? Aku rindu kamu."

Happy Reading Yeorobun!

*****

"Sheila harus makan-makanan sehat dan istirahat yang cukup ya, sayang. Kamu juga gak boleh stres dan kecapekan."

Sheila mengangguk saja diceramahi seperti itu. Masih terlalu kikuk baginya ada di posisi seperti ini membuat ia bingung bersikap.

"Apa Sheila bisa jadi, Ibu?" tanya perempuan cantik dengan gamis di tubuhnya.

Bunda Sheila tersenyum lembut lalu mengusap rambutnya sayang.

"Kamu adalah putri bunda yang paling baik."

"Bukanya Sheila suka melawan Bunda?"

Bunda menggeleng."Bunda sekarang ngerti kenapa Sheila begitu. Maaf ya sayang? Kamu butuh kasih sayang dari bunda dan ayah, kan?"

Sheila mengangguk dengan mata berkaca-kaca. Emosinya benar-benar sulit terkendali belakangan ini. Ia bahkan bisa saja tertawa lepas selepas sedih seperti ini.

"Bunda bukan orang tua yang baik, nak. Maaf Sheila."

Bunda memeluk putrinya lalu mengusap punggung bergetar itu lembut.

"Kamu akan jadi ibu terbaik, percaya sama bunda, jangan kaya bunda ya sayang."

"Enggak, bunda adalah ibu terbaik," ucap Sheila.

Bunda tersenyum, ia mencium dahi sang putri sayang.

"Maaf."

Sheila mengangguk, rasanya melegakan bisa berdamai seperti ini. Ia percaya jika Allah mempunyai rencana indah untuk hidupnya. Tugasnya hanya terus berdo'a dan berbuat baik.

"Kamu nurut-nurut sama suami kamu ya, nak?" Bunda melepas pelukannya sejenak. Sheila menatap Sang Bunda lalu mengangguk dengan tangan mengusap pipi.

Bunda lalu kembali memeluk Sheila, Ia berharap putrinya ini akan Sehat dan selamat sampai Hari-h nanti.

***

Berbeda dengan suasana di dalam kamar tadi. Leon harus menghadapi dua pawang Sheila yang sedang menatapnya penuh intimidasi.

"Ayah tidak membuat perjanjian untuk mempunyai cucu cepat."

"Sama, gue juga," sambung Sargas menatap Leon dengan kedua alis terangkat.

Leon membasahi bibirnya sejenak.

"Sebenernya, ini di luar rencana. Tapi Leon bisa handle semua, insyaallah."

"Kamu yakin? Apa jaminannya?" tanya Cakra dengan nada datar.

Leon membalas tatapan Cakra dengan Mantap. "Nyawa saya."

Sargas menyugar rambutnya kebelakang kepala. Ia berdecak pelan.

"Serah Lo lah."

Cakra menepuk pundak Leon jantan. Kedua mata tajam itu saling berhadapan. Kevin meremas bahu Leon pelan.

"Ayah percaya sama kamu. Jaga Istri kamu, dan sabar kalo dia nguras emosi. Kamu ngerti sendiri bagaimana Sheila, kan?"

Leon tersenyum dan mengangguk. Ia sangat mengerti bagaimana sifat Sheila, dan tentu saja cara menjinakkannya.

Sargas yang melihat itu seketika menghela nafas.

"Bahagia ya, La. Gue sayang banget sama Lo." Batin Sargas. Sulit memang melepas adik perempuannya dengan yang lain. Apalagi dengan keadaan hamil muda.

INEFFABLE (End + Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang