60. Leon, where'd you go?

7K 312 3
                                    


"Sejujurnya, aku masih sangat menginginkanmu. Namun semesta sedang tidak berpihak padaku."


***
Happy Reading!

***

Leon mengusap lembut pipi Sheila, lalu naik ke kening dan berakhir menciumnya lama.

Setelah puas, Ia mengecup lembut bibir mungilnya.

"Udah?" tanya seseorang yang masuk secara tiba-tiba membuat Leon menoleh.

Leon mengangguk, kembali menatap istrinya dengan tatapan lembut.

"Aku pergi dulu, kamu jaga diri baik-baik," lirih Leon sambil mengusap dahi Sheila dan tersenyum.

Setelah itu, Leon berjalan mantap ke pintu, menengok sebentar ke ranjang yang memperlihatkan Sheila yang masih terpejam damai.

Dalam hati ia berdo'a yang terbaik untuk mereka berdua.

Beberapa jam setelahnya.

"Kamu mau minum lagi, nak?"

Sheila menatap Sang Bunda sebentar lalu menggeleng. Ia menatap ke luar jendela dengan pandangan kosong membuat Wanita paruh baya yang berstatus sebagai Ibu kandung Sheila turut merasakan apa yang putrinya rasa.

Sheila sudah sadar beberapa menit lalu. Ia berharap seseorang ada disampingnya, seseorang yang sangat Ia harapkan saat membuka mata. Seseorang yang ingin Sheila tumpahkan segala sedih dan rasa kecewanya.

Namun seseorang itu tidak ada.

"Sheila mau apa? Bilang sama bunda."

Tanpa berpikir, Sheila menjawab lemah. "Leon."

Bunda menatap Sedih putrinya. Bahkan saat titik lemahnya pun Sheila tidak membutuhkannya.

"Maafin bunda, Shei," lirih wanita itu pilu membuat Sheila menatapnya tak mengerti.

"Untuk apa?"

Bunda menggeleng dengan air mata yang sudah meleleh di pipinya. Salahnya. Ini salahnya yang tidak pernah perhatian pada Sheila. Seharusnya dia tidak perlu merasa cemburu saat dengan terang-terangan, Sheila malah menginginkan Leon saat Ia ada di dekatnya.

Sementara Sheila menatap Bunda dengan tatapan bingung.

"Bunda boleh peluk kamu?"

Sheila mengangguk."Boleh." Bunda langsung memeluk tubuh putrinya.

"Ayo perbaiki hubungan kita, Shei. Bunda ingin jadi seseorang yang kamu butuhkan," bisik Bunda sambil mengelus rambut Sheila yang di biarkan tanpa penutup.

Sheila memejamkan matanya. Sulit untuk menahan air matanya saat seperti ini. Ia balas memeluk Bunda sambil terisak pelan.

Secara tidak langsung, Ia mengatakan jika Ia juga membutuhkan bundanya.

Di sore hari, di sebuah ruang VIP rumah sakit. Hubungan Ibu dan Anak perlahan kembali terjalin dengan baik.

Sheila ingin lebih terbuka kepada ibunya sendiri, begitu juga dengan bunda yang ingin dibutuhkan anaknya.

***

Tengah malam, Sheila terlihat menggeliat dari tidurnya. Matanya mengerjap lalu terbuka sempurna. Ia kembali terbangun tengah malam.

Sheila meringkuk sambil memeluk lututnya. Ekspresinya menggambarkan kerinduan.

Ia menoleh pada jendela yang memperlihatkan bintang. Berada di lantai atas cukup menghibur dengan pemandangan luarnya.

INEFFABLE (End + Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang