49. Tentang Kepercayaan

6.6K 327 0
                                    


"Kata kecewa saja tidak bisa menggambarkan perasaan. Lebih jelasnya, aku sudah hilang respect."

***

Seorang pemuda dengan jas hitam yang membalut pas tubuhnya dengan daleman kemeja abu-abu itu terlihat menatap serius layar laptop. Sesekali alis tebalnya terangkat, bahkan tangannya mengepal.

Keseriusan itu terhenti sejenak karena ponsel berlogo apel di atas meja berdering.

Ia menatap sekilas sebelum menempelkan benda mahal itu ke telinga.

"Sudah mendapat informasi?"

Orang di sebrang sana berdehem sejenak.

"Kami sudah menemukan beberapa orang yang sekiranya dalang dibalik semua ini, tuan muda."

"Siapa?"

Leon mengangguk, Ia menutup sambungan telepon setelah mendengar penjelasan dari anak buahnya.

Pemuda itu menghela nafas.

"Kenapa harus Sheila?" gumam Leon sambil memijat pelipisnya.

Jika saja bukan menyangkut keselamatan orang yang cintainya, Leon pasti akan bertindak tegas, namun ini menyangkut nyawa, bahkan dua nyawa sekaligus.

Leon tidak ingin kejadian dulu terulang lagi. Dimana Leon kehilangan ibu kandungnya.

Ting

Sheila cantik 💖

Leon

Kangen

Mata yang semula terpejam itu terbuka perlahan, menatap layar ponsel yang berkedip dan menampilkan sebaris pesan di beranda.

Senyumnya terbit seketika, ditambah lagi dengan kiriman foto yang menampilkan wajah Sheila yang sedang cemberut.

Sial! Leon merindukannya. Padahal Ia baru dua hari di sini.

Dengan cepat, ia mengetik pesan balasan untuk Sheila.

Leon prdpt

Harus aku kesana Sekarang, by?

Sheila cantik 💖

Ih janganlah, kan kamu harus kerja.

Leon, aku mau cerita.

Angkat ya, kamu sibuk ga?

Leon mengangkat alis. Merasa cukup penasaran.

Leon prdpt

Lagi santai

Mau cerita apa, hm?

Leon melirik meja kerjanya dimana ada banyak berkas yang belum selesai ia kerjakan, namun Sheila lebih penting. Tidak apa kan lalai sejenak? Lagipula ia sudah lembur semalaman.

Sheila cantik 💖

Ok, angkat ya sayang.

INEFFABLE (End + Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang