"Jangan menaruh harapan jika tidak ingin kecewa."
Cita-cita aku cuma satu, bahagiain kamu.
_Leon_
***
Happy Reading!
***
"Lagi masak apa?"
Leon sedikit kaget saat sebuah tangan mungil melingkar di pinggangnya, disusul dengan aroma harum lembut. Bibir Leon melengkung, ia tau siapa pelaku yang telah membuat hari-harinya menyenangkan ini.
"Masak spaghetti kan? Tadi kamu minta."
Sheila mengangkat kedua alis, nampak kerutan samar karena ia berusaha mengingat. Detik berikutnya mengangguk dengan senyum lebar.
"Padahal tadi aku cuma ngigo, loh."
"Bukan keinginan baby?"
Sheila menggeleng dengan kekehan ringan yang membuat Leon hanya bisa tersenyum.
"Kalo pun permintaan kamu gapapa."
"Bukanya kamu hari ini kuliah?" tanya Sheila kembali mengendus aroma Leon yang maskulin dan menyegarkan. Padahal laki-laki itu belum mandi, tapi harumnya tetap sama sekalipun sedang berkeringat.
Sheila sebenarnya agak curiga karena Leon suka sekali tidak berangkat kuliah. Alasannya pasti karena pekerjaan.
"Aku masuk siang."
Hening. Hanya ada suara dari tangan lincah Leon yang sedang mengaduk pasta, sementara Sheila menatapnya dari samping.
"Aku masih bisa ikut ujian gak ya?" tanya Sheila tiba-tiba sambil mengelus perutnya yang berbalut kaus oversize milik Leon.
Leon mematikan kompor yang kebetulan sudah matang pastanya. Ia mendekat pada Sheila dan memeluknya.
"Masih kok," ucap Leon mengecup kening Sheila dengan mata terpejam.
"Tapi Leon, kalo orang tau gimana? Aku takut."
Leon meraih dagu Sheila dengan lembut. "Apa yang kamu takutin, hm?" tanya Leon dengan tatapan sayang pada manik coklat itu.
Sheila menatap mata Leon yang memberi pandangan meneduhkan itu dengan gamang.
"Aku gak tau, aku cuma punya firasat gak enak aja," pelan Sheila.
"Kalo gitu kamu harus buang jauh-jauh fikiran kamu, biar aku cari solusi untuk semua ini, oke?"
"Aku nyusahin kamu ya?"
Leon mengerutkan dahi tak suka.
"Enggak dong."
"Tapi kamu selalu aja berjuang demi aku, kamu juga selalu sabar hadapin aku, kamu---"
Ucapan Sheila terhenti karena Leon menciumnya. Laki-laki itu menyesap bibir mungil itu gemas.
"Gak ada yang kaya begitu, kamu itu sumber kebahagiaan aku, Shei. Jadi wajar kan kalo aku jaga kamu?"
Sheila mengerjapkan matanya dengan pipi yang mulai merona merah. Kata-kata manis itu selalu membuat Sheila melayang. Seakan-akan ia benar-benar berharga.
"Aku sayang kamu, Leon."
Leon tak menjawab namun pelukan penuh kehangatan yang Ia beri dan kecupan sayang menjadi jawabannya.
"Kamu dunia aku, Shei."
***
"Tebak-tebakan yok bang."
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE (End + Revisi)
Teen FictionLeon Skala Pradipta, seorang cowok yang memiliki segala definisi kata sempurna, dari paras, sikap dan otaknya harus mengalami suatu peristiwa yang merubah hidupnya. Sheila Zevanya Andromeda, seorang gadis keras kepala dan pembangkang namun cantik it...