61. Mimpi

6.9K 354 10
                                    


I still love you.


***

Happy Reading!

***

Gelap.

Itu yang dirasakan setelah membuka mata. Ini jelas bukan kamarnya. Sheila menatap sekitarnya sambil sesekali berteriak.

"Hallo?"

Tidak ada jawaban selain gema suara yang samar ia dengar.

Tiba-tiba saja Sheila merasa tubuhnya merinding. Ia takut, apalagi dirinya sendiri disini. Memberanikan diri, Sheila melangkah perlahan mencari jalan keluar atau petunjuk dari ruangan gelap dan pengap ini.

Cukup lama Sheila berjalan hingga ia melihat cahaya.

Sheila sedikit tersenyum lega. Setidaknya ada penerangan. Kaki jenjangnya mulai melangkah mengikuti asal cahaya. Ia baru sadar jika dirinya menggunakan gaun putih dengan rambut tergerai.

Persis seperti...

Tunggu. Di depan sana Sheila melihat sesuatu yang membuat langkahnya terhenti.

"Kamu lihat karang itu? Aku pengin rumah tangga kita seperti karang di lautan,  yang meskipun terhantam ombak. Ia akan tetap kokoh."

"Kok jadi puitis gini?" tanya Sheila dengan sedikit terkekeh. Ia menikmati tangan hangat Leon yang memeluknya.

"Biar romantis."

"Biasanya juga enggak."

Leon tersenyum kecil lalu menumpukkan dagunya pada kepala Sheila.

"I love you."

Sheila tersenyum kecil. Ia ingat percakapan itu dan juga tempatnya berpijak sekarang. Tempat yang sama yang digunakan untuk mereka honeymoon. Waktu itu Leon mengajaknya melihat matahari terbit setelah sholat subuh. Sungguh kenangan manis yang sukar dilupakan.

"Sheila."

Deg

Sheila merasa deja vu mendengar panggilan dengan suara khas yang selalu memanggil namanya lembut. Pipi Sheila basah tanpa bisa dicegah, kerinduan begitu menggebu hingga ia merasa sakit setiap menarik nafas.

Sheila berbalik dan menemukan dia disana. Laki-lakinya.

Laki-laki itu nampak sangat tampan dengan kemeja putih yang melekat di tubuhnya.

"Leon." Sheila sedikit berlari untuk menghabur ke pelukan laki-laki itu. Merasakan kembali kehangatan dan kasih sayang saat Leon membalas pelukannya dan membelai kepalanya.

"Pelan-pelan dong, sayang. Kasian baby kita." Leon terkekeh pelan dan mengecup puncak kepala istrinya lama.

"Miss you so badly."

"I know and I Miss you so much." Sheila menghirup aroma tubuh Leon yang selalu menjadi candunya, menumpahkan kembali tangisnya. Bedanya ini adalah tangis bahagia.

"Kenapa lama banget," gumam Sheila dengan suara tak jelas karena suaranya teredam di dada laki-laki itu.

"Maaf."

"Stop minta maaf."

"Oke."

Sheila melepas pelukannya lalu memegang kedua pipi Leon, meneliti setiap jengkal rupa suami tercintanya itu.

"Shei,"

"Hm?"

Leon memegang kedua tangan Sheila dan mengecupnya bergantian.

INEFFABLE (End + Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang