55. Tuduhan

6.5K 326 0
                                    


"Kita tidak bisa memilih bagaimana takdir hidup, yang bisa kita lakukan hanya berusaha menjadi versi terbaik menurut pandangan orang."

***

Happy Reading Yeorobun!

***

Sheila sudah siap dengan seragam sekolahnya yang dilapisi cardigan dan hijab yang menambah kecantikannya.

Ia tersenyum senang karena mengingat Leon yang akan mengantarkannya.

"Sayang," panggil Leon sambil membenarkan dasinya. Wajahnya terlihat merasa bersalah.

Sheila hanya mengangkat alis lalu membantu suaminya itu memakai dasi Tanpa menatap matanya.

"Maaf,"

Perasaan Sheila mulai tak enak. Hatinya mendadak cemas memikirkan kalimat yang akan diucapkan Leon.

"Aku gak bisa ke sekolah kamu hari ini, besok bisanya, gapapa?"

Tuh kan.

Sheila memejamkan mata sejenak lalu tersenyum.

"Gapapa." Sheila hendak mengambil tas yang ada di meja namun Leon mencegah Sheila pergi dengan memegang pergelangan tangannya.

Sheila terpaksa berbalik.

"Apa?"

Leon tak mengatakan apapun, melainkan membawa perempuan itu ke dalam pelukannya dan mengusap punggungnya lembut.

"Maaf sayang. Aku janji, besok aku ke sana."

"Kesibukan kamu jauh lebih penting dari apapun, ya?" gumam Sheila nyaris tak terdengar.

"Ini urgent. Salah satu karyawan aku kecelakaan di tempat kerja."

Sheila melepaskan pelukannya. Ia tersenyum tipis, menahan gejolak rasa sedih dan marah dalam dirinya. Bagaimanapun, Ia tidak boleh egois kan? Leon bukan hanya seorang mahasiswi Baru, Tapi pemimpin perusahaan kelak.

"Semoga dia baik-baik aja. Kamu hati-hati."

Leon menangkup pipi Sheila lalu mengecup keningnya. "Pasti."

"Kamu juga ya."

Sheila tersenyum. Ia mengusap rambut Leon lembut membuat laki-laki merasakan kenyamanan.

***

"Gedung ini di bangun beberapa bulan lalu, jadi tidak mungkin rubuh Begitu saja."

Leon menyugar rambutnya ke belakang mendengar laporan dari salah satu stafnya.

"Tidak mungkin, ini pasti ada kesalahan."

"Atau.. kesengajaan?" ucap Leon dengan suara berat dan dinginnya. Ia menatap langit ruangan yang rusak dengan lamat.

"Kesalahan pembangunan. Kualitas bahan bangunan yang buruk pasti yang membuatnya begini."

Leon mengeluarkan ponselnya. "Hubungi mandor gedung ini. Saya akan rapat dulu."

Staf itu mengangguk dengan patuh.

"Baik, Tuan muda."

Leon menatap sekretarisnya lebih dulu lalu melangkah keluar membuat laki-laki yang berstatus Sebagai Sekretaris Pribadi Leon itu mengernyit.

"Anda yakin ini karena keteledoran mandor, tuan? Jika bisa, sudah dari dulu mandor kita korupsi."

Leon tersenyum tipis."Itu yang harus saya lakukan, kamu tau bermain drama?"

Laki-laki itu seketika melebarkan matanya.

"Pengkhianat tidak mengenal tempat, bukan?"

***

INEFFABLE (End + Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang