Ada aturan resmi untuk warna pakaian bangsawan saat pesta di Istana.
Keluarga kerajaan inti--Raja, Ratu, Putra Mahkota, dan Putri--akan mengenakan pakaian dengan satu warna dominan, yang tidak boleh dikembari oleh seluruh keluarga bangsawan yang lain.
Warna pakaian keluarga kerajaan akan diumumkan kepada kepala rumah tangga masing-masing keluarga bangsawan jauh-jauh hari sebelum acara dimulai. Untuk keluarga bangsawan, tidak masalah mengenakan pakaian dengan warna yang hampir mirip.
Tapi gaunku ini ... Jelas pasangan dari pakaian yang dipakai Putra Mahkota sekarang.
Dari kursiku aku bisa melihat Putri Hiraani duduk di kursi khusus tamu, tak jauh dari meja keluargaku duduk.
"Saya senang Adipati Mandalika dan Nyonya Mandalika berkenan menghadiri jamuan saya." Ratu Manohara mampir menyapa, membuat Ayah dan Ibu berdiri, tersenyum menghargai. Aku ikut tersenyum, bingung harus bagaimana.
Ah, iya. Omong-omong, namaku Agradhipa Mandalika Ayudia Sienna. Agradhipa itu nama daerah sekaligus penanda status sosial, karena pemilik nama depan sekaligus nama tujuhbelas daerah utama di Naladhipa berarti keluarga Gubernur atau Adipati. Nama kedua, Mandalika, adalah nama keluarga yang turun-temurun.
Bila ada kudeta, bisa saja nama keluarga berganti.
Dan dua nama terakhir adalah namaku sendiri. Pemberian Ayah dan Ibu.
"Saya yang merasa terhormat bisa menghadiri jamuan ini, Yang Mulia." Ibu tersenyum tulus, membuat Ratu Manohara tersenyum senang. Raja Arsenika ikut mampir, menyapa Ayah dan mengajak berbincang.
"Gaun itu cocok untukmu, Sienna." Pandangan Ratu Manohara beralih padaku, membuatku mau tak mau menunduk hormat sembari memasang senyum.
"Saya merasa sangat terhormat karena Yang Mulia Ratu memperhatikan saya," jawabku, membuat Raja Arsenika Sandhya menyenggol istrinya pelan.
"Dia yang kamu maksud?" bisik Yang Mulia Raja, begitu pelan. Tapi aku bisa mendengarnya, membuatku menahan senyum geli.
"Cocok, 'kan?" Ratu Manohara tampak puas. Raja Arsenika mengangguk.
"Gaunmu itu pasangan baju Putra Mahkota, Sienna. Itu gaun khusus yang dibuat untuk seragam perayaan pendirian negara. Perancangnya bilang, gaun itu akan memilih pemiliknya sendiri. Saya senang kamu cantik sekali saat memakainya." Ratu Manohara kembali memuji, mengeluarkan alibi yang aku tahu itu hanya pemanis mulut belaka.
Mana ada gaun yang memilih pemiliknya sendiri?
Tetapi aku tetap mengangguk tersenyum menghargai ucapan penuh kiasan Ratu Manohara. Siapapun yang mendengar perkataan Ratu pasti paham kalau Ratu menginginkanku sebagai penerusnya.
"Gaun ini memang sangat indah, ia seolah punya kekuatan magis, Yang Mulia. Mata Yang Mulia Ratu sangat jeli, saya sangat menghargainya." Aku memutuskan mengikuti permainan Ratu Manohara, membuat Raja Arsenika yang mendengar jadi tersenyum seperti menahan tawa.
Raja Arsenika yang masih berbincang dengan Ayah pun menahan senyumnya yang mencuat. Pria itu benar-benar mencintai istrinya, aku bisa melihat tatapan penuh damba dari Raja Arsenika pada wanita yang telah memberinya dua orang anak itu.
Di usianya yang sudah hampir limapuluh, Raja Arsenika masih tampak menawan. Kalau saja belum menikah, aku mungkin akan jadi orang pertama yang mencalonkan diri jadi istrinya.
Ratu Pradnya Manohara dulunya dayang istana. Berasal dari keluarga yang tak terlalu berpengaruh dan terkenal, malah cenderung miskin saat itu. Tapi berkat kepintaran dan kemampuannya dalam mengatur istana yang patut diacungi jempol, serta kemampuan pengobatannya membuatnya menjadi dayang pribadi pangeran ketiga, Raja Arsenika dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Naladhipa : The Crown Princess
Historical FictionSienna tidak pernah menyangka kalau Ratu menginginkannya masuk ke istana untuk sebuah tujuan besar. Kisah kematian Mendiang Raja dan upacara bunuh diri Mendiang Ratu yang melegenda, yang menjadi kunci kenapa harus Sienna yang jadi putri mahkota di u...