XXV. Pelukan

1.4K 148 7
                                    


Aku menatap pasrah gaun yang ada di lemari. Hevina masuk untuk membantu, tetapi tetap saja. Aku tidak tahu mau pakai apa.

"Apa tidak ada gaun lain di sini, Hevina?" Aku mendengkus, sebenarnya aku ingin beli gaun lagi. Tetapi panggilan Raja dan Ratu yang sangat tiba-tiba, mana sempat aku beli apa-apa?

"Ada beberapa milik Putri Lakeisha, Yang Mulia." Hevina menunduk, membuatku meringis.

Ukurannya jelas beda. Tubuh tinggi kurus Putri Lakeisha jelas berbanding terbalik dengan tubuhku yang berisi. Bisa-bisa baru pakai di bagian dada, sudah tidak bisa masuk.

Pilihanku akhirnya jatuh pada gaun ungu gelap bercorak magenta sebetis dengan lengan tiga perempat. Rambutku ditata rapi dengan jepitan kupu-kupu warna indigo di samping kiri. Menatap pantulan wajahku di cermin, aku tersenyum manis pada Hevina yang sudah membantu.

Hevina adalah salah satu pelayan--entah pelayan atau dayang, karena aku dari pertama kali menginjakkan kaki di sini sama sekali tidak menemukan dayang milik Putra Mahkota. Ketika di Paviliun Anggrek, aku maklum. Karena Paviliun Anggrek adalah paviliun tamu, wajar kalau aku tidak menemukan dayang di sana.

"Semua sudah siap, Yang Mulia. Yang Mulia Putra Mahkota sudah menunggu di luar." Hevina mengingatkan, membuat aku menapakkan kakiku di lantai, berdiri lalu melangkah ke luar kamar.

**

Jarak Paviliun Matahari ke Paviliun Utama lumayan jauh. Langsung disambut dengan air mancur yang dikelilingi hamparan bunga, ada parit besar berisi koi berwarna-warni yang mempercantik taman.

Bangunan paviliun utama sangatlah megah. Mengadopsi gaya istana Eropa, tetapi detail ukiran kayu khas Jawa juga tetap ada di setiap sudut. Lampu gantung dan kayu-kayu jati begitu indah menghiasi eksterior bangunan.

Bangunan ini tampak seperti rumah yang hangat.

Berbeda dengan istana atau kastil pada umumnya yang cenderung berlapiskan marmer yang terkesan dingin, Paviliun Utama memiliki banyak aksen kayu jati dan tanaman yang bertebaran di mana-mana. Batu alam bermotif tabrakan semakin membuat kesan hangat.

Ini adalah tempat tinggal pribadi Raja dan Ratu, selama tinggal di istana, baru kali ini aku menginjakkan kaki di sini.

Putra Mahkota melangkah lebih dulu. Ini rumahnya. Putra Mahkota punya kamar sendiri di sini, dan pria itu memang lebih sering tidur di sini daripada di Paviliun Matahari.

Aku melangkah cepat, mengambil jarak satu langkah di belakangnya. Tetapi Putra Mahkota justru berhenti, mengulurkan tangannya, menungguku berjalan.

Aku tersenyum sembari menyambut uluran tangannya.

"Yang Mulia Putra Mahkota telah tiba!"

Pengawal membukakan pintu kayu jati yang begitu besar. Di sekeliling pintu aku bisa melihat aksen bebatuan di dinding. Putra Mahkota menggamit lenganku, menariknya pelan.

Jantungku berdegup kencang begitu pintu dibuka.

Ruangan luas dengan sofa-sofa empuk itu, aku bisa melihat Raja Arsenika dan Ratu Manohara duduk di sisi kanan, berhadapan dengan orangtuaku yang duduk di sisi kiri ...

Jenderal Besar dan Kepala Polisi juga duduk di sisi yang lain. Aku menghela napas, hanya ada satu sisi yang kosong. Sofa itu jelas milikku dan Putra Mahkota.

[END] Naladhipa : The Crown Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang