LXIII. Simultan

860 81 11
                                    

Rajendra mulai kehilangan minat saat tamu hilir-mudik datang. Hotel di sekitaran rumah sakit jadi sangat laris. Media mulai berdatangan. Rajendra harus ekstra mengerahkan prajurit untuk menjaga privasi istrinya. Bahkan keluarga Sienna pun menginap di ruang VVIP rumah sakit untuk menghindari kebocoran informasi.

Hasil laboratorium menunjukkan kondisinya baik-baik saja, hanya butuh vitamin dan makanan untuk memulihkan tenaga. Kelelahan fisik maupun pikiran, Rajendra memutuskan tidur di sofabed yang ada di pojok kamar. Sebenarnya ada kamar untuk penunggu, tetapi Rajendra merasa tidak aman. Sebanyak apapun pengawal yang berjaga di luar ruangan, ia tetap tidak bisa percaya dengan gampang.

Trust issue membuat kantung matanya menghitam. Hampir lima hari Putri Mahkota masih dalam kondisi vegetatif. Belum siuman, dan dokter juga tidak bisa menjanjikan apapun.

Mereka sama-sama tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya.

Rajendra berdiri di sisi ranjang rumah sakit. Masker oksigen masih terpasang di hidung Sienna. Pemuda itu menarik napasnya berat. Kondisi kesehatan Adipati Swarnabhumi yang menurun juga membuatnya cemas. Abiyya masih usia anak-anak. Situasi seminggu terakhir sudah memanas. Sienna belum juga siuman, tetapi Adipati Swarnabhumi justru terkena serangan stroke di hari ketiga. Beberapa bangsawan membelot. Pengadilan terus berjalan. Kondisi Adipati Swarnabhumi jelas sesuatu yang harus Rajendra sembunyikan.

"Makanlah lebih dulu, Putra Mahkota. Ibu membawa banyak." Suara lembut Nirvaira menggema, wanita itu datang dengan dayang yang mendorong troli berisi makanan. Rajendra terperangah kaget, mendapati ibu mertuanya yang kini berdiri tersenyum di sampingnya.

"Sienna akan baik-baik saja. Ayahnya juga. Ini bukan yang pertama kali untuk ayahnya Sienna seperti ini." Nirvaira menyambung, seolah bisa membaca kekalutan dan keresahan Rajendra.

Adipati Swarnabhumi yang seketika lemas saat di rumah sakit membuat jantung Rajendra blingsatan. Kabar sakitnya penguasa ibukota Naladhipa itu harus disembunyikan. Situasi kerajaan memanas, kondisi keamanan mencekam. Ayah dan ibunya sibuk mengontrol berbagai hal, termasuk pergantian pemimpin daerah yang diketahui bersekongkol dengan Putri Dayana dan Pangeran Layendra. Suplai makanan dan pakaian di beberapa pengungsian. Juga Kota Ravenna dan beberapa akademi sihir yang ditutup paksa karena dianggap mengajarkan sihir terlarang.

Semua harus dikerjakan secara simultan dan menuntut kesempurnaan. Rajendra membeku ketika Nirvaira kembali mengeluarkan suaranya.

"Putra Mahkota punya orangtua yang luarbiasa. Selama Yang Mulia yakin apa yang Yang Mulia lakukan adalah untuk kebenaran dan keadilan, selama Yang Mulia bisa memastikan niat Yang Mulia lurus tidak berbelok-belok, Tuhan akan selalu memberkati Yang Mulia." Nirvaira dengan senyum keibuannya membuat Rajendra menahan senyumnya kecut. Anggukan kecil ia tampilkan. Wajah pucat Sienna yang belum siuman kembali ia pandangi.

Sudah seminggu, dan ia merindukan istrinya.

"Makanlah dulu, Yang Mulia. Ibu harus menunggui ayahnya Sienna juga. Ibu titip Sienna, ya?" Nirvaira kembali berbicara, mengerti menantunya itu butuh waktu untuk memikirkan ulang semuanya.

Mana yang harus diperbaiki, mana yang harus ditata ulang dari awal. Rajendra menganggukkan kepala saat ibu mertuanya memberi salam. Lidahnya kelu untuk berbicara, telinganya berdenging mendengarkan suara alat-alat kesehatan yang membuat dirinya semakin merasa tak nyaman.

**

Harris Averusy menatap lamat-lamat berkas pengajuan berstempel salah satu lembaga di bawah naungan calon menantunya. Peresmian status Putri Dayana dan Pangeran Layendra sebagai terdakwa kasus penyerangan dan pembunuhan terhadap keluarga kerajaan membuat kondisi kerajaan semakin mendidih. Bukti-bukti yang ditemukan justru merujuk pada Putri Dayana sebagai dalang pembunuhan mendiang Narrarya Satria membuat jalannya pengadilan semakin rumit. Kasus di atas kasus membuat jalannya persidangan menjadi menyebalkan. Ditambah begitu banyak bangsawan yang berkomplot, penangkapan bangsawan dan pejabat secara masif membuat cukup banyak posisi strategis yang kosong dan harus diisi sesegera mungkin.

[END] Naladhipa : The Crown Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang