"Ini pangsitnya." Aku mengangsurkan mangkuk berisi pangsit kuah dan siomay ke pangkuan Rajendra. Persetan dengan makan malam romantis di taman. Pangsit dan siomayku berakhir menjadi teman begadang kami di kamar.
Ada banyak hal yang harus kami bicarakan karena pemberitahuan Ayah Raja dan Ibu Ratu yang sangat mendadak. Oh, ayolah. Siapa yang mengide mau lengser? Kebanyakan monarki lain ingin duduk di tahta seumur hidup sampai-sampai saling membunuh. Ini lelucon macam apa, lah?
"Besok ada rapat?" Aku bertanya serius. Habis Rajendra akhir-akhir ini sangat sibuk. Aku tidak bisa membiarkannya begadang lalu tumbang keesokan hari. Rajendra menggeleng.
"Tidak ada. Aku mau libur besok. Aku sudah bilang Gaffi." Gaffi Estungkara, pangeran muda itu jadi ajudan Rajendra yang baru. Aku hanya mengangguk. Sejenak aku menikmati siomay dan pangsit kuah buatanku sendiri. Rajendra juga sama, pria itu mengunyah pelan siomay dengan penuh penghayatan.
Sama seperti diriku, ia pasti juga memikirkan banyak hal.
"Kamu betulan tidak apa-apa punya anak?" Pertanyaan Rajendra membuatku tersedak. Aku buru-buru menepuk dadaku keras. Mataku melotot. Pertanyaan Rajendra membuat sudut hatiku tersentil.
Sebagai putri mahkota, sudah kewajibanku memberikan pewaris untuk Naladhipa.
"Siapa yang peduli pendapatku kalau Naladhipa memang butuh pewaris?" Aku bertanya skeptis. Sejujurnya aku menyadari betul kewajibanku, tetapi aku juga ... Bagaimana aku akan mengatakannya?
"Kau ibunya. Aku tidak akan memaksamu sekarang kalau kau tidak mau." Rajendra menatapku dalam. Aku tertawa sinis.
"Lalu apa rencana Yang Mulia selanjutnya? Berniat mencari selir?" Nadaku terdengar tidak mengenakkan. Rajendra langsung menatapku tak suka. Aku tahu, aku menyinggungnya.
Ada banyak putri kerajaan lain yang menawarkan diri pada Rajendra. Kasus sengketa beberapa daerah diakhiri dengan dikirimnya salah satu putri untuk jadi selir Rajendra. Rajendra mungkin menolak kemarin-kemarin. Tapi bagaimana besok? Aku paham posisiku cukup kuat. Orangtuaku penguasa Agradhipa. Ayahku sudah sembuh dan masih cukup muda untuk memerintah. Adik-adikku juga sudah besar dan mulai memiliki pengaruh. Aku punya banyak lembaga di bawah naungan yayasan keluargaku. Kerjasamaku dengan Putri Alamanda juga menambah pengaruhku.
Namun Naladhipa tetap butuh pewaris. Pewaris resmi hanya lahir dari benih Putra Mahkota. Putra Mahkota berhak mengambil selir, dan aku jelas tidak akan membiarkan Rajendra melakukannya.
"Aku tahu kau tidak sebodoh itu untuk membiarkanku." Intonasinya berubah. Aku diam begitu lama. Sengaja kumasukkan siomay lagi ke dalam mulut untuk mengulur waktu.
Rajendra menatapku lamat-lamat. "Aku hanya mau anakku lahir dari rahimmu. Kita punya perjanjian pranikah." Rajendra mengingatkanku. Aku menghindari tatapannya. Peringatannya terdengar seperti ultimatum yang memaksaku untuk membuka mata.
"Aku juga tidak akan membiarkanmu mengambil selir." Aku menyatakan persetujuanku secara tersirat. Ya, setelah enam tahun, mungkin ini waktu yang tepat. Aku harus kembali mencoba dan menghadapi kenyataan yang sebenarnya.
"Jadi kapan mau konsultasi? Aku temani. Kau harus berhenti mengonsumsi pil itu." Suara Rajendra melembut. Aku menatapnya horor. Istana mungkin sepi, tetapi aku cukup takut ada mata-mata Ibu Ratu yang menyelinap dan melaporkan rahasia ini pada Paviliun Utama.
"Kita panggil dokter ke sini saja. Aku tidak yakin media akan diam saja. Mereka pasti ribut," tuturku, yang langsung diangguki Rajendra setuju.
**
Hasil pemeriksaan kami menunjukkan kami baik-baik saja. Rahimku juga baik-baik saja. Untungnya pil kontrasepsi itu tidak membawa pengaruh buruk bagi rahimku. Ya, kami pasangan muda yang sedang dalam masa panas-panasnya. Saat aku bilang aku berencana tidak ingin memiliki anak dalam waktu dekat, Rajendra langsung memanggil dokter untuk konsultasi. Kami aktif secara seksual, kemungkinan kebobolan sangat tinggi. Tentu saja setelah memastikan dokter itu bisa dipercaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Naladhipa : The Crown Princess
Ficción históricaSienna tidak pernah menyangka kalau Ratu menginginkannya masuk ke istana untuk sebuah tujuan besar. Kisah kematian Mendiang Raja dan upacara bunuh diri Mendiang Ratu yang melegenda, yang menjadi kunci kenapa harus Sienna yang jadi putri mahkota di u...