Prolog

10.4K 418 73
                                    

Aku mendesah panjang saat Anargia menyodorkan lembar demi lembar kertas latihan ujian akhir akademi yang harus kami hadapi beberapa minggu lagi.

Ujian akhir akademi dasar sudah di depan mata. Anargia terus mengajakku belajar, demi masa depan, katanya.

Padahal Anargia sendiri tak perlu khawatir. Ia pewaris daerah Nirvana, daerah paling indah di Naladhipa. Pewaris utama, calon adipati. Berbeda denganku yang wanita.

Kadang aku membenci fakta kenapa aku harus terlahir jadi wanita di semesta ini, semesta yang aku masuki karena kecerobohanku sendiri.

Umurku lima belas. Sebenarnya aku sudah mati, harusnya. Aku mati gara-gara overdosis obat karena stres saat menulis novel Naladhipa, dan bodohnya, karma memang berjalan sangat ajaib!

Tuhan memberiku kehidupan kedua, nah, yang jadi masalah adalah, kehidupan keduaku ...

... Adalah menjadi Sienna, tokoh utama novel yang kutulis sendiri itu!

Masih mending kalau novelnya happy ending.

Masalahnya, aku sendiri tidak tahu ending novelku bagaimana karena keburu mati. Hahahaha!

**

Akademi dasar adalah tempatku menghabiskan waktu sekarang. Berangkat dengan kereta kuda, bersekolah. Mengerjakan tugas seabrek. Menghafal nama-nama bangsawan. Menghafal sejarah Naladhipa.

Pulang dengan tugas lagi. Lalu tidur. Bangun lagi, sekolah lagi.

Sungguh melelahkan.

"Aku pikir makan siang dumpling enggak buruk," celetuk Anargia yang tiba-tiba sudah di sampingku. Anak ini, benar-benar.

Jantungku sering dibuat blingsatan karena perbuatannya. Bola mata hitam hijau kebiruan yang memesona, tutur katanya yang lembut walau kalau bersama orang lain dia bisa jadi sedingin es--sok cool memang.

"Aku masih punya tugas akhir, karya ilmiahku belum selesai, Anjana," balasku, mendekap sebundel kertas di dada. Tugas akhir karya ilmiah ini memang menyebalkan.

Nirvana Hanyakrakusuma Anargia Anjana, putra sulung Adipati Nirvana yang pintar menulis. Tuan muda satu ini sudah menyelesaikan tugasnya berminggu-minggu lalu, membuat aku sebagai saingannya jelas sebal.

Aku dan dia selalu bersaing. Apalagi untuk nilai ujian akhir besok, jujur saja.

Anargia memang pewaris Nirvana, tetapi aku, Sienna, aku adalah putri Adipati Mandalika.

Agradhipa Mandalika Ayudia Sienna, putri sulung penguasa Agradhipa, ibukota Naladhipa. Mana adikku laki-laki semua, lagi!

Aku sempat berambisi mewarisi daerahku, tetapi patriarki sialan ini memang menyusahkan.

Aku membencinya, tapi aku lebih membenci fakta bahwa aku sendiri yang menulis kalau Naladhipa masih menganut sistem patriarki.

Yaa, mungkin ini hukuman yang Tuhan berikan padaku.

"Aku 'kan sudah menawarkan diri untuk membantu. Kamu saja yang tidak mau," balas Anargia, sengaja menggoda. Aku hanya menggeram sebal, meninggalkannya melangkah menuju ruang Nyonya Edelweiss, pembimbing utama tugas akhirku.

Setidaknya aku harus menjalani hari-hariku di akademi dasar dengan baik, setidaknya sebelum pesta perpisahan dan aku berhubungan dengan keluarga kerajaan.

Karena begitu aku bertemu keluarga kerajaan, hidup nona muda yang tenang ini akan berganti menjadi peperangan.

**

Aku melangkahkan kaki menuju kereta kuda yang sudah menungguku di depan gerbang. Estela, teman satu kelasku itu berjalan bersama. Ia putri bangsawan setingkat count kalau di Eropa. Penguasa sebuah kabupaten yang ada di bawah daerah Adipati Huraymila.

[END] Naladhipa : The Crown Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang