Kastil Ekalaya sudah lama sepi. Kastil yang berisi kerabat dekat kerajaan, masih keturunan langsung Narrarya Sanggrama Satya Pramudya, ayah dari Narrarya Sadendra--ayah Narrarya Satria dan Raja Arsenika--dan Narrarya Sadewa, yang merupakan ayah dari Pangeran Agung Ekalaya Dharmatungga Layendra Hasn.
Alia Hasn, putri kastil itu lebih memilih tinggal di asrama akademi lanjutan, sesekali pulang untuk menengok ayahnya yang masih bekerja keras mengurus daerah Ekalaya. Alam Hasn bergabung di akademi politik setelah menyelesaikan pendidikan militernya, berniat masuk di dunia pemerintahan.
Hanya ada Putri Dayana Dayita dan Pangeran Layendra berdua tinggal di sana, menikmati hari tua sembari mengurus Ekalaya yang makin hari makin ada-ada saja.
Terkhusus bagi Layendra, pria dengan guratan wajah begitu kalem tetapi di sisi lain, pria itu menyimpan begitu banyak luka. Luka yang begitu dalam, luka yang begitu dahsyat.
Luka yang membuatnya merasa seolah terbelah setiap melihat istrinya sendiri.
"Yang Mulia, ada undangan dari Ratu Manohara." Reksa, kepala prajurit sekaligus tangan kanan Layendra itu menyerahkan surat berpita merah. Layendra tersenyum kecil, mengangguk menyuruh pelayannya pergi.
Layendra tahu, cepat atau lambat semuanya akan terbuka lebar begitu terang. Tentang ia, tentang istrinya. Tentang kakak sepupunya yang begitu ia sayangi.
Tetapi ia tak bisa bila disuruh memilih: Dayita atau Naladhipa?
Dayita adalah belahan jiwanya. Layendra tak sanggup melepaskan istrinya begitu saja. Tetapi Naladhipa adalah tanah kelahirannya.
Terkadang Layendra berpikir, waktu akan mengubur semuanya.
Tetapi ia salah.
Ia salah mengira kalau istrinya yang tampak lemah lembut itu hanya akan diam setelah semuanya terjadi.
Ia sama sekali tak menduga, manuver apalagi yang istrinya perbuat di dunia perpolitikan Naladhipa.
**
Raja Arsenika menarik napas panjang di tahtanya.
Perdebatan di antara para pejabat, serta para bangsawan yang mendesak kerajaan agar segera memilih putri mahkota membuat Arsenika mendengkus kesal.
Selalu, selalu, dan selalu.
Investigasi kematian Narrarya Satria dan Sri Wismaya ibarat dua mata pisau: bila tidak dilakukan akan muncul protes di mana-mana, memprotes karena kerajaan dianggap tidak bisa memberikan keadilan dan penghormatan layak bagi kedua Mendiang, sementara bila dilakukan, pelaku aslinya akan segera melakukan manuver dan membuat kerajaan sibuk dengan isu yang lebih panas.
"Tahan dulu semua berita tentang pemilihan putri mahkota, Aryandra, Kristiano." Arsenika menatap kedua bawahannya lamat-lamat.
Yang satu, pria tinggi besar pemangku wilayah Bharata, Jenderal Kristiano Alathas. Yang satu, pria dengan tatapan cerdas yang merupakan adik dari pemangku wilayah Haridra, Kepala Polisi Aryandra Dewanata.
Dan mereka berdua adalah orang kepercayaan Arsenika untuk mengusut tuntas dalang di balik pembunuhan kakak tersayangnya itu.
"Isu semakin hari semakin memanas, Yang Mulia. Apalagi kedatangan Putri Hiraani membuat rakyat berspekulasi." Aryandra mengungkapkan pendapatnya. Kristiano hanya diam, mengamati situasi.
Kristiano dulunya teman dekat Satria, senior Arsenika juga. Arsenika mirip seperti bayi di mata Kristiano.
Tapi waktu bergulir sedemikian cepat, Kristiano tak menyangka ia akan kehilangan Satria dan mendapati Arsenika duduk di tahta Naladhipa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Naladhipa : The Crown Princess
Fiction HistoriqueSienna tidak pernah menyangka kalau Ratu menginginkannya masuk ke istana untuk sebuah tujuan besar. Kisah kematian Mendiang Raja dan upacara bunuh diri Mendiang Ratu yang melegenda, yang menjadi kunci kenapa harus Sienna yang jadi putri mahkota di u...