IX. Persiapan

1.8K 175 7
                                    

Pembicaraanku dengan Putra Mahkota di kereta kuda seolah tak membuahkan hasil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pembicaraanku dengan Putra Mahkota di kereta kuda seolah tak membuahkan hasil. Pria itu tetap pada pendiriannya, aku jadi tidak mengerti alasan ia memanggilku untuk menemuinya.

Aku tiduran di kamar. Berkali-kali aku memainkan liontin batu opal warna putih susu yang Anargia berikan.

Kalung ini sungguh indah.

Sebenarnya ada banyak yang harus aku siapkan. Aku sudah mempelajari jurnal-jurnal kesehatan yang diberikan Putri Agung Alamanda. Proyek kami pun sudah mendapat persetujuan Yang Mulia Raja.

Pelatihan tersebut rencana akan diadakan saat liburan akademi. Anak-anak yang kurang mampu dan sudah lulus sekolah biasa bisa menjadikan pelatihan ini sebagai batu loncatan untuk menempuh cita-cita mereka.

Aku juga mengusulkan untuk memberi sertifikat pelatihan agar mereka juga mendapat pengakuan secara resmi kalau mengikuti pelatihan. Tentu saja ada syarat dan ketentuan yang berlaku.

Aku berjalan, keluar kamar menuju dapur kastil. Sebenarnya aku bisa membunyikan bel, Tristha atau pelayan lain akan datang ke kamar untuk membawakan apa yang aku butuhkan.

Tetapi Ibu dan Ayah selalu mendidikku untuk mandiri dan tidak merepotkan orang lain walau itu memang sudah tugas mereka. Terlebih aku memang butuh relaksasi berjalan-jalan sejenak.

Hujan. Hujan turun begitu derasnya.

Sudah hampir seminggu lewat dari pesta perpisahan. Ayah dan Ibu pergi ke luar kota. Abiyya sibuk dengan ujian sekolah. Gyan juga. Mereka anak-anak yang pintar, aku akan memarahi mereka kalau tidak mau belajar.

"Kenapa Nona tidak memanggil saya saja ke kamar? Saya jadi tidak enak." Lilyana, pelayan dapur yang baru menunduk. Aku tersenyum, menggelengkan kepala.

"Aku hanya mau membuat coklat panas, Lily. Tidak perlu banyak pelayan. Bisa tolong siapkan bahan untuk membuat muffin? Aku ingin muffin coklat dengan kacang almond dan chocochips di atasnya," ujarku meminta tolong. Lily mengangguk.

"Saya bisa buatkan, Nona. Nona tinggal menunggu di kamar."

"Tidak, aku mau membuat sendiri. Aku sedang ingin memasak. Kamu bisa tetap tinggal kalau ingin membantu, tetapi jangan mengganggu."

Aku ingin mengusir Lilyana dari dapur sebenarnya. Tapi melihat wajah sendunya, aku urung. Beberapa pelayan memang sedikit menyebalkan. Lilyana tidak terlalu, hitungannya.

Aku mengetim coklat batang, mencampurkannya dengan mentega. Anargia masih mendiamkanku sampai saat ini.

Tidak ada surat atau apapun yang diterima olehku. Aku hanya tahu ia akan berangkat ke akademi militer sekitar sebulan lagi.

Sebulan itu waktu yang cepat.

Sementara aku, aku masih mempertimbangkan apakah akan tinggal di Olenka alih-alih di Agradhipa agar lebih dekat ke akademi bangsawan.

[END] Naladhipa : The Crown Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang