III. Janji

2.1K 232 39
                                    

Ujian sudah berlalu. Aku seperti anak gadis yang dipingit, sibuk belajar di rumah sambil sedikit berjalan-jalan.

Tapi ini menyenangkan! Mengingat aku tidak menyukai pergi ke luar.

Buat apa jalan-jalan ke luar kalau aku punya semuanya di rumah?

Terkadang, berjalan-jalan keluar hanya akan membuatku merasa tidak aman. Merasa minder, merasa rendah diri. Aku benci fakta aku harus membawa pendampingku ke mana-mana. Aku minder melihat gadis biasa seusiaku memiliki banyak teman.

Aku mungkin punya banyak kenalan, tetapi tidak ada yang benar-benar kuanggap teman.

Hanya Anargia.

Omong-omong tentang Anargia, pria itu sibuk berlatih untuk masuk akademi militer. Aku bahkan hanya bertemu dia di sekolah. Dan ya, aku sedikit canggung dengannya.

Semenjak jamuan, ada banyak hal yang berubah.

Termasuk cara pandang teman-teman terhadapku.

Ketertarikan terang-terangan yang diungkapkan Ratu Manohara membuat posisiku menjadi serba salah. Keluarga Mandalika dari dulu netral, tidak pernah memihak keluarga manapun. Keluargaku hanya akan setia pada pemilik asli tahta.

Tapi Ratu Manohara membuat keluargaku tampak menjadi fraksinya.

"Nona, besok adalah jadwal kunjungan panti asuhan." Tristha masuk membawakan baki berisi kertas anggaran. Kunjungan panti asuhan adalah kunjungan rutin yang biasa kulakukan tiap bulan.

"Aku akan pergi, tolong siapkan pakaian yang sederhana saja untuk besok," balasku cepat. Tidak ada gunanya bermewah-mewahan di panti asuhan.

Itu hanya akan menyakiti hati anak-anak, bukan?

"Lalu, ada surat untuk Nona." Tristha mengeluarkan gulungan kertas berpita ungu dari lengan bajunya.

Aku terdiam. Ada beberapa kode pita surat di Naladhipa. Pita merah untuk hal penting dari Kekaisaran, dan surat cinta. Pita hijau untuk undangan kerjasama. Pita kuning untuk ucapan terima kasih dan permintaan maaf. Pita oranye untuk surat dari keluarga yang dianggap musuh atau berhubungan kurang baik. Pita biru adalah kode resmi surat dari bawahan kepada atasan dan sebaliknya.

Sementara pita ungu ... Adalah surat tak resmi atau bahasa lainnya, surat teman.

"Dari siapa?"

"Putri Agung Alamanda, putri Adipati Kalandra."

Mendengar jawaban Tristha, aku terhenyak. Buru-buru aku ambil surat itu, langsung menyuruh Tristha meninggalkanku sendirian.

Apa yang mau disampaikan Putri Agung Alamanda yang terkenal cantiknya minta ampun itu padaku?

Putri Agung Alamanda jelas tidak mengincar gelar putri mahkota. Pertama, Putri Alamanda adalah kakak sepupu Putra Mahkota. Ia kerabat dekat, dan Putra Mahkota sudah seperti adik baginya. Kedua, Putri Alamanda berusia empat tahun lebih tua dari Putra Mahkota.

Ketiga, Putri Alamanda sudah memiliki calon suami. Pangeran Huraymila Fatahillah Mahesa Zahrawi, teman dekat Putra Mahkota yang merupakan calon pewaris daerah Huraymila.

Apakah ini undangan pernikahannya?

Aku tidak pernah merasa dekat dengan Putri Alamanda. Putri Alamanda berusia delapan tahun lebih di atasku. Aku hanya bertemu beberapa kali, itupun saat forum resmi seperti pertemuan ilmiah, pertemuan murid akademi, turnamen karya ilmiah, dan lomba pengobatan.

Aku membuka surat itu cepat-cepat.

Yang Terhormat, Putri Agradhipa Mandalika Ayudia Sienna di tempat.

[END] Naladhipa : The Crown Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang