LXXX. Skandal

908 82 15
                                    

Botol-botol jamu di meja membuatku menatap jerih. Seperti biasa, Ibu Ratu mengirim jamu kesehatan yang harus kuminum. Rajendra tertawa saat aku meringis karena pahit. Aku harus menarik napas dalam-dalam agar tidak muntah.

Tanpa harus minum jamu saja, aku sudah muntah-muntah. Ditambah minum jamu, perutku tambah bergejolak. Aku berakhir di tempat tidur karena lemas sendiri. Rajendra hanya tertawa melihatku, pria itu hanya sibuk meledek sebelum akhirnya pamit berangkat untuk rapat di istana.

Akhir-akhir ini, Rajendra memang sedang sibuk-sibuknya.

Perkataan Raja Arsenika tentang lengsernya beliau ternyata bukan omong kosong. Pelimpahan tugas raja pada putra mahkota adalah bukti. Rajendra jadi lebih sering melakukan kunjungan. Memimpin rapat, meresmikan lembaga-lembaga baru. Kerjaan Rajendra jadi semakin banyak. Ia jadi pulang semakin malam.

Aku hanya mengikut saat Rajendra menyuruh Marina, ajudanku yang baru, untuk mengatur ulang jadwal dan mengosongkan jadwalku selama seminggu ke depan. Kalimat dokter kemarin benar-benar ia laksanakan dengan baik.

Jangan membuat Putri Mahkota stres. Jangan membuat Putri Mahkota kelelahan. Jangan membuat Putri Mahkota telat makan. Dan serangkaian kata jangan yang membuatku jadi tertawa sendiri. Rajendra membeli banyak buku baru. Ia juga membangun kolam baru secara tiba-tiba. Ia membeli bibit tanaman banyak dan bilang bahwa sepertinya aku suka mengurus tanaman-tanaman itu.

Padahal tidak. Aku lebih suka bersantai sambil meminum susu. Jadi putri mahkota sudah sibuk sekali. Monarki punya tugas tanpa henti. Seumur hidup, sepanjang waktu. Aku akan bersantai sebisa yang aku mampu untuk bersahabat dengan stresku.

Marina datang membawa beberapa map coklat. Aku sudah siap duduk di meja dengan pena. Beberapa dokumen butuh tandatanganku segera. Tetapi gulungan berpita ungu membuatku tertarik. Aku meraih gulungan itu, melepas pitanya perlahan.

"Putri Lakeisha meminta bertemu, Yang Mulia Putri Mahkota." Marina membisikkan sesuatu di telingaku. Aku melotot tak percaya, berdeham pelan.

"Rumor itu tidak mungkin benar," sanggahku. Marina menggeleng serius. Wanita yang sebaya denganku itu tampak sangat serius dengan ucapannya. Aku menarik napas panjang. Apa-apaan lagi semua ini?

"Di mana Putri Lakeisha? Katakan padanya untuk datang menemuiku sesegera mungkin. Sekarang juga tidak apa-apa." Aku cepat mengambil keputusan. Sungguh. Ini kabar yang di luar dugaan. Kasihan Putri Lakeisha kalau tahu lebih lama.

Ternyata memang tidak ada pria yang sempurna di dunia ini.

**

Gaffi menandai betul perubahan suasana hati majikannya. Setelah kabar kehamilan Sienna diumumkan di media, wajah Rajendra selalu berseri-seri. Pria itu jadi lebih pemurah. Rajendra pada dasarnya memang atasan yang baik hati, pengertian, dan disiplin luarbiasa. Tetapi Rajendra cukup mengendorkan disiplinnya akhir-akhir ini.

Rapat hari ini sudah selesai. Perdana Menteri menjalankan tugas dengan baik. Rajendra tidak perlu susah-susah mengonfrontasi menteri seperti kemarin-kemarin. Raja Arsenika sudah absen beberapa hari, membiarkan Rajendra memimpin rapat sendiri dan mengawasi lewat orang-orangnya. Ada rencana pembangunan di Kaherah. Setelah penggantian adipati baru karena adipati yang lama bersekongkol dengan Dayana Dayita, Rajendra mengeluarkan rencana pembangunan infrastruktur gila-gilaan yang awalnya tidak disetujui oleh Dewan Pertimbangan Agung.

Tetapi Rajendra ngotot. Pria itu mengajukan anggaran cukup besar untuk membangun infrastruktur di daerah-daerah terpencil Naladhipa, termasuk Hamdri dan Jayalika. Rajendra juga mengajukan usulan pembangunan gedung pusat penelitian dan perbaikan besar-besaran di Olenka.

Sebagai putra mahkota, tentu ia mendapat yang ia mau. Banyak bangsawan yang berseberangan pendapat, terutama bangsawan tua pemilik saham tambang di Hamdri yang tidak setuju Rajendra membangun pusat penelitian baru di Hamdri. Tetapi dukungan yang pria itu dapat dari para pangeran muda dan ipar-iparnya membuat Rajendra berani dan rencananya masih berjalan sampai sekarang, walau pria itu seringkali harus memusnahkan tikus-tikus kecil yang mengganggu.

[END] Naladhipa : The Crown Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang