"Sienna, Sienna sudah masuk ke ruang operasi?"
Rajendra menepati janjinya. Pria yang dikabarkan hilang itu sekarang berdiri di hadapan mertua dan kedua adik iparnya. Rajendra datang bersama Lakeisha. Pakaiannya kotor. Gyan melongo.
"Kakak sudah masuk, baru saja." Abiyya yang menjawab. Pemuda itu memang punya ketenangan yang lebih dari yang lain. Rajendra mengembuskan napas lelah.
"Yang Mulia Putra Mahkota bisa membersihkan dulu. Operasinya baru saja, jadi masih lumayan lama." Nirvaira cukup kaget melihat kondisi menantu dan adik menantunya itu. Mereka benar-benar dalam kondisi buruk. Sangat berbanding lurus dengan kabar mereka yang hilang sekitar dua mingguan.
"Tidak apa-apa. Betul-betul baru saja, 'kan, Bu?" Rajendra bertanya memastikan. Ia ingin menggendong anaknya untuk pertama kali. Ia ingin melihat anaknya. Rajendra ingin melihat kondisi istrinya.
"Iya. Ada kamar mandi di ruangan Sienna. Ayo, Ibu antarkan. Putri Lakeisha juga." Nirvaira berdiri, mengantarkan menantu dan adiknya itu ke ruangan Sienna untuk membersihkan diri.
Kondisi mereka betul-betul buruk. Ditambah mereka hanya datang berdua tanpa prajurit atau pengawal sekalipun. Nirvaira jelas menyimpan banyak pertanyaan. Bagaimana mereka bisa kembali ke sini? Lewat jalur mana?
Nirvaira mengulum bibirnya. Yang penting sekarang Rajendra sudah datang. Itu sudah cukup.
**
Koridor ruang operasi ramai sekali. Arsenika dan Manohara sudah tiba. Penjagaan sekitar rumah sakit diperketat. Kehadiran Lakeisha dan Rajendra membuat Manohara kehilangan kata-kata.
Ada banyak hal yang ingin ia tanyakan, tetapi momennya jelas tidak akan tepat. Arsenika menyentuh lengan Manohara sembari menggelengkan kepala. Mereka berdua kembali dengn selamat, itu sudah sangat cukup.
"Selamat, Yang Mulia Putra Mahkota." Spesialis pediatri yang bertugas itu mendorong keranjang bayi berisi bayi mereka. Rajendra yang daritadi berdiri di dekat pintu langsung terhenyak.
"Ini anakku?" Rajendra melongo. Bayi yang ada dalam keranjang itu ... Rajendra terperangah. Panjang sekali. Rambutnya cukup lebat. Nirvaira dan Manohara mendekat, begitu pula kedua suami mereka.
"Boleh digendong?" Rajendra masih terpana. Bayi itu kecil, mungil, mengemaskan. Kelopak matanya terkatup. Dokter spesialis anak itu membungkukkan badan dan menyerahkan bayi itu pada Rajendra.
"Bayinya laki-laki, Yang Mulia. Beratnya 3,65 kilogram. Normal. Kondisi sehat." Kata-kata dokter anak tadi sudah tidak Rajendra hiraukan.
Pandangan pria itu sudah fokus pada bayi laki-laki yang kini ada dalam gendongannya. Rajendra sudah biasa menggendong bayi, tetapi yang ini ... Rongga dada Rajendra menghangat.
"Mirip sekali dengan Putra Mahkota waktu bayi." Manohara berucap takjub. Rajendra menyangga leher dan kepala bayi dengan tangan kanannya. Menjaga agar bayi itu tetap tenang, Rajendra mendekatkan kepalanya pada sang bayi.
Ada rasa berbeda yang tidak bisa ia utarakan.
Ada rasa yang tidak bisa ia ungkapkan dengan kata.
Rasa bangga, bahagia, lega, semuanya bercampur aduk jadi satu. Rajendra menatap bayi yang ada dalam gendongannya.
"Kondisi istriku, bagaimana?" Rajendra beralih menatap dokter spesialis pediatri yang sepertinya menunggu bayi mereka. Dokter itu membungkukkan badan pelan.
"Yang Mulia Putri Mahkota masih berada di ruang operasi. Operasi berjalan lancar, sebentar lagi beliau akan dipindahkan di ruang observasi."
Rajendra mengembuskan napas lega. Air mata menggenang di pelupuknya. Menatap bayi yang ada dalam gendongannya ini, merasakan sentuhan kulit dengan kulit bayi yang kenyal dan lembut ini ... Rajendra tidak bisa tidak menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Naladhipa : The Crown Princess
أدب تاريخيSienna tidak pernah menyangka kalau Ratu menginginkannya masuk ke istana untuk sebuah tujuan besar. Kisah kematian Mendiang Raja dan upacara bunuh diri Mendiang Ratu yang melegenda, yang menjadi kunci kenapa harus Sienna yang jadi putri mahkota di u...