Beberapa hal harus disimpan, tapi kebanyakan hal memang harus dibuang. Hari ini aku bersiap untuk pergi. Rajendra dengan senyum lebarnya menyatakan ia sudah mendapat izin untuk memboyongku ke resor di daerah Haridra, tempat asal Ibu Ratu.
Awalnya ia mengusulkan untuk pergi ke Bharata, lagi. Tapi aku menolak. Aku butuh suasana baru. Di Bharata juga ada beberapa kenangan yang belum siap untuk aku ingat-ingat lagi. Aku butuh menyembuhkan diriku sendiri untuk pergi ke sana lagi.
Aku juga sudah menyapa dokter jiwa yang Rajendra bawa dari Paviliun Utama. Dokter Hanggini. Usianya seumur Ibu Ratu. Temannya Ibu Ratu, kata Rajendra.
"Banyak sekali yang kau bawa, Na?" Rajendra mengamati buku-buku yang kubereskan. Aku memilih buku-buku yang akan kubaca di sana nanti. Beberapa bukunya baru terbit. Aku juga membawa banyak buku kosong. Aku ingin menulis pengalamanku.
"Nanti 'kan Yang Mulia sibuk. Mereka semua ini temanku waktu tidak ada Yang Mulia." Aku menjawab praktis. Rajendra seketika merengut. Tapi aku tidak terlalu peduli. Aku mencoba realistis.
Dia tidak akan bisa menemaniku duapuluh empat jam. Pasti banyak yang harus dia urus setelah kejadian penculikanku. Ah, ya. Aku jadi penasaran. Bagaimana keadaan orang-orang saat ini? Apa semua baik-baik saja?
Sialnya aku tidak punya banyak waktu untuk memikirkan mereka. Mengingat kejadian demi kejadian saja kadang membuatku mual lagi. Aku harus mengurangi intensitas berpikir yang aneh-aneh.
"Buku kosongnya beli di Haridra saja, bagaimana? Banyak sekali yang kau bawa itu. Kasihan gerobaknya." Tuh, kan. Rajendra semakin hari juga semakin aneh. Bukuku tidak seberat itu, ya.
Aku mengalah. Memutuskan memilih beberapa buku kosong dan meninggalkan yang lain. Rajendra tersenyum penuh kemenangan. Ia kembali meneliti barang pribadi yang aku siapkan.
Lagi-lagi dia cemberut. "Bukumu terlalu banyak. Kita mau liburan, bukan belajar. Kenapa bawa buku banyak sekali?"
Rengekan Rajendra membuatku mencubit lengannya keras-keras. Dia ini berisik. Aku menatapnya tajam. Ini dia yang berubah seperti anak kecil atau bagaimana, sih?
Tetapi aku memilih mengalah. Menyisihkan beberapa buku yang kuanggap tidak terlalu penting, menyisakan beberapa buku baru yang belum pernah kubaca. Rajendra kembali tersenyum penuh kemenangan. Biarkan. Sekali-kali menyenangkan hati orang.
**
Haridra kota yang panas. Cukup jauh dari Agradhipa, tetapi tidak jauh sekali. Ini kota asal Yang Mulia Ratu. Aku menelan ludah saat berhenti di Kastil Agradhipa. Kakiku mendadak seperti jeli. Bertemu orang lain selain keluargaku terasa sangat berat.
Keluar dari paviliun, aku seperti menemukan dunia yang lain. Aku masih sakit. Dokter Hanggini sudah mengawali sesi konseling kami sesaat sebelum kami berangkat. Diagnosis gejala gangguan stres paska kejadian traumatis itu membuatku tersenyum masam.
Masih gejala, katanya. Karena belum sampai sebulan dari kejadian traumatis yang aku alami. Memang, sih. Tetapi sudah sangat mengganggu kegiatan sehari-hari. Dan Ibu Ratu sudah sangat khawatir hal itu mengganggu pekerjaan kami.
Aku menggamit lengan Rajendra yang berjalan terlalu cepat. Adipati Haridra, Arya Abimanyu sudah berdiri menyambut kami bersama istrinya yang terlihat masih sangat muda. Aku melirik Rajendra, dan pria itu justru berbisik pelan, "itu istrinya yang ketiga."
Kami tidak lama-lama di kastil. Langsung bertolak menuju resor di pesisir Haridra. Setelah masuk kamar dan menaruh barang-barang, Rajendra justru menyuruhku mengganti baju dengan gaun yang lebih santai dan enak dibuat jalan kaki.
"Kita mau ke mana?" Aku mengganti gaunku dengan gaun tanpa petikot dan melengkapi penampilanku dengan topi lebar. Rajendra tersenyum misterius.
"Rumah Ibuku." Rajendra menjawab pendek, berjalan cepat meninggalkanku di antara gang-gang kecil yang membuatku terperangah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Naladhipa : The Crown Princess
Ficción históricaSienna tidak pernah menyangka kalau Ratu menginginkannya masuk ke istana untuk sebuah tujuan besar. Kisah kematian Mendiang Raja dan upacara bunuh diri Mendiang Ratu yang melegenda, yang menjadi kunci kenapa harus Sienna yang jadi putri mahkota di u...