Rajendra tidak bisa menepati omongannya pada Sienna. Situasi kritis membuatnya kalut. Rajendra terpaksa membuat keributan, memanggil dokter. Swarnabhumi hanya bisa membeku kaget, pria paruh baya itu punya hipertensi yang bisa kumat sewaktu-waktu. Apalagi melihat kondisi putrinya yang hidup segan mati tak mau. Nirvaira sudah mengamankan suaminya, Nirvaira tidak mau Swarnabhumi ikut jatuh sakit juga.
"Beritahu Pangeran Hamdri, aku menyetujui rencananya sekarang." Perintah Rajendra segera dilaksanakan Leon. Terdengar impulsif, sampai membuat Kastil Agradhipa kini ramai orang-orang.
Mahesa datang. Titanic apalagi. Rasanya belum puas kalau Titanic tidak menggoblok-goblokkan Rajendra, tetapi urung karena Titanic tak tega melihat kondisi Rajendra yang seperti orang gila. Manohara dan Arsenika langsung melesat setelah dikabari Rajendra. Raja dan ratu Naladhipa itu tidak menunda keberangkatan barang sedetikpun.
Rajendra berkuda ke Olenka untuk memanggil Karna Dewangga. Swarnabhumi mengerahkan pasukannya untuk memperketat keamanan kastil. Chavania dan Melrose ikut dipanggil. Semua berkumpul di Kastil Agradhipa untuk menyaksikan Sienna yang makin hari makin sekarat.
"Di mana Alam Hasn?" Rajendra memandang sekelilingnya dengan tatapan tajam. Titanic diam, ia tak mau tersulut emosi. Mahesa menggelengkan kepala.
"Di mana Alam Hasn?! Cari Pangeran Ekalaya sampai ketemu. Sekarang!" perintah Rajendra segera diterjemahkan. Semua mengontak orangnya masing-masing, mencari keberadaan Pangeran Ekalaya yang seolah lenyap entah di mana.
Karna Dewangga terus mengontrol kondisi Sienna yang seolah tak bisa sadar. Perutnya terus berpendar memancarkan cahaya keemasan. Karna menarik napas panjang. Ini bukan pertanda baik. Cahaya ini terus-menerus menyerap energi Sienna. Membuat Sienna kehabisan energi, dan ketika energi Sienna benar-benar habis dan tak dapat pulih, di saat itulah Sienna akan mati.
Melrose menatap Sienna prihatin. Hal yang bisa ia lakukan sedari tadi hanya mengelus perut Sienna untuk membantu mengembalikan energi Sienna yang terkuras habis. Kemampuannya belum sehebat itu. Chavania bergantian dengan Melrose untuk berjaga. Sementara tim dokter sudah memasang elektrokardiogram untuk memantau detak jantung Sienna yang makin melemah. Infus sudah dipasang. Tim dokter terbaik sudah Rajendra panggil. Ia sudah memastikan Gaffi menjalankan rencana mereka.
Dayana Dayita lebih dari kelewatan.
"Yang Mulia." Suara Abiyya terdengar. Anak usia tigabelas tahun itu masuk ke dalam ruangan yang kini jadi tempat rapat darurat Rajendra atas seizin Nirvaira dan Swarnabhumi. Rajendra yang sedang menundukkan kepala langsung mendongak.
"Ya, Abiyya?" Rajendra merendahkan intonasinya. Berhadapan dengan adik istrinya sendiri kadang membuatnya salah tingkah. Apalagi di kondisi sekarang.
Rajendra mengutuk dirinya sendiri yang selalu menyangkal kalau ia mencintai Sienna.
"Ayah dan Ibu sudah menunggu di aula utama." Abiyya memberitahu, berusaha tidak menatap langsung wajah kakak iparnya yang sembab.
Abiyya tidak tega.
Rajendra mengangguk. Ia sudah berdiri, mengikuti Abiyya yang memandu jalannya menuju aula utama. Pelan ia melangkah, matanya membelalak ketika mendapati begitu banyak manusia yang ada di sana.
Tidak hanya mertuanya, tetapi juga orangtuanya sendiri. Jenderal Besar, Kepala Polisi. Tapi yang benar-benar mencuri perhatian Rajendra justru gadis dengan tubuh kurus tinggi yang selama ini ia rindukan jua.
Dyah Lakeisha Ushmila, adik kandungnya sendiri.
Lakeisha datang bersama Ratu Laluna dan Raja Kenza, pemimpin Navali. Rajendra langsung duduk di kursi yang kosong, di hadapan kedua orangtuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Naladhipa : The Crown Princess
Historical FictionSienna tidak pernah menyangka kalau Ratu menginginkannya masuk ke istana untuk sebuah tujuan besar. Kisah kematian Mendiang Raja dan upacara bunuh diri Mendiang Ratu yang melegenda, yang menjadi kunci kenapa harus Sienna yang jadi putri mahkota di u...