Rajendra dibuat jantungan dengan kedatangan Titanic di kantornya. Mereka masih menginap di Kastil Agradhipa, dan Rajendra berangkat ke kantornya di istana dari kastil milik mertuanya. Titanic dengan kantung mata menghitam yang kelihatan sangat buruk.
"Kau habis mabuk berapa botol?" sentak Rajendra terang-terangan. Titanic mendecakkan lidah. Di usianya yang sudah duapuluhdua, gaya hidup Titanic memang jauh dari kata sehat.
"Aku jatuh cinta. Aku harus menikah sebelum dijodohkan ibuku." Titanic berujar cepat. Rajendra melongo.
Akhir-akhir ini orang-orang pada kenapa, sih? Dipikir menikah itu gampang? Rajendra yang menikah belum ada setahun saja sudah merasakan jungkirbalik luarbiasa.
"Memang ibumu menjodohkan dengan siapa?" Rajendra jadi penasaran. Ini pertama kalinya Bibi Krystal berniat menjodohkan Titanic. Maksudnya, 'kan, ada Theresa. Theresa kakaknya Titanic, harusnya Theresa yang menikah lebih dulu, tidak, sih?
"Ya, tidak tahu. Katanya Ibu punya teman. Temannya punya anak. Ayolah, Jen. Kau tahu betul aku tidak bisa berkomitmen." Titanic mendengkus sebal. Ia susah sekali menetap di satu hati.
Bahkan selama ini, Titanic sangsi ia pernah sungguhan jatuh cinta.
"Katamu tadi kau jatuh cinta," bingung Rajendra. Titanic itu pemain handal. Bohong sekali dia bisa jatuh cinta pada satu gadis dan akhirnya menetap. Paling juga persinggahan sementara.
"Kau tahu Putri Jasmine?" Titanic menanyakan suatu hal. Rajendra mengerutkan dahi. Ia mencoba mengingat-ingat nama-nama putri adipati dan kerajaan seberang yang pernah bersinggungan dengannya.
"Putri Jasmine?" Rajendra tak yakin. Titanic menghela napas.
"Ayahnya pangeran agung Kerajaan Gerbera. Ibunya dulu salah satu saudara penguasa Haridra. Temannya Bibi Ratu. Masa kau tidak tahu?" Titanic mendengkus. Pasalnya Putri Jasmine bukan seseorang yang asing.
"Ck, dia sepupunya Pangeran Darshan. Yang dulu juga di perbatasan bersama kita. Ingat?" pancing Titanic kesal. Mata Rajendra menyipit, berusaha mengingat-ingat.
"Ooh! Jasmine itu? Dia seumuran istriku, bukannya? Itu yang Bibi Krystal jodohkan?" Rajendra terhenyak. Sepengetahuannya, Bibi Krystal menikah di usia matang dan punya keinginan menikahkan anak-anak dan menantunya di usia matang juga.
Tetapi seingat Rajendra, Jasmine itu masih seumuran Sienna. Lebih muda malah kalau tidak salah.
Titanic menggeliatkan tubuhnya pelan. "Itulah. Bayangkan saja aku dinikahkan dengan bocil seperti itu. Aku tidak bisa membayangkan," gerutu Titanic. Rajendra memutar bola matanya malas.
Jasmine memang bukan tipenya Titanic. Gadis itu menuruni pesona Kerajaan Gerbera yang memiliki kulit eksotis manis dengan badan tidak terlalu tinggi. Tentu beda dengan tipe Titanic yang kulitnya pucat seperti susu.
"Terus dengan siapa kau jatuh cinta?" Rajendra menakar sepupunya ini. Habisnya Titanic itu setengah waras. Rajendra juga tidak akan kaget kalau Titanic bilang habis menghamili perempuan dan perempuan itu menuntut untuk dinikahi. Rajendra tidak akan kaget.
"Marina." Titanic menyebut satu nama. Rajendra menarik napas dalam-dalam.
"Putri Adipati Malaga?" Rajendra memastikan. Titanic nyengir lebar.
"Dia cantik sekali. Senyumnya juga manis sekali. Tubuhnya tinggi, berisi. Duh, lekuknya juga pas. Rambutnya kecoklatan. Dia juga pintar. Calon dokter. Kenapa ibuku tidak menjodohkan dengan Marina saja, sih?" Titanic tak habis pikir. Rajendra melipat tangannya di dada.
"Kau ini suka tubuhnya atau keseluruhannya?" tembak Rajendra brutal. Titanic cengengesan. Ia tidak bisa menyembunyikan perasaannya.
"Semuanya. Marina itu, suaranya lembut sekali. Tangannya juga halus. Duh, aku pernah berdansa dengannya. Aku bisa gila, Jen." Titanic masih melanjutkan kegilaannya, membuat Rajendra hanya memberikan tatapan datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Naladhipa : The Crown Princess
Ficción históricaSienna tidak pernah menyangka kalau Ratu menginginkannya masuk ke istana untuk sebuah tujuan besar. Kisah kematian Mendiang Raja dan upacara bunuh diri Mendiang Ratu yang melegenda, yang menjadi kunci kenapa harus Sienna yang jadi putri mahkota di u...