Happy Reading♡[01/06/2K22]♡
^Saling menebar kebaikan dibalik kedustaan.^
《Satisfya Akira Kirana》5 menit lagi bel akan berkumandang, lebih tepatnya jam kosong akan segera selesai. Akibat seluruh dewan guru melaksanakan rapat maka dua jam dipenghujung pelajaran free.
Lagi pula kelas 12 jarang pelajaran, hidup mereka penuh ujian praktik dan persiapan menuju jenjang perkuliahan.
Sebelum Fiya dkk meninggalkan kelas, di depan pintu tengah berdiri badai angin ribut yang sedari tadi menunggu kehadirannya. Yups, cowok jangkung yang senantiasa terlihat cool itu bersandar di samping pintu kelas 12 IPS 2 lebih dari 30 menit.
Yang lebih parah lagi, Bagas membuat kelas itu ricuh dengan ketampanannya.
"Ikut gue!" seru Bagas saat Fiya hendak melewati dirinya.
Fiya sendiri sudah menebak hal itu akan terjadi. Jadi, ia meminta teman-temannya untuk pulang terlebih dahulu, "Kalian balik dulu ya," pintanya.
"Oke, selamat berkencan," goda Kiki lalu mengajak teman-temannya segera meninggalkan dua pasangan tanpa status itu.
Senyuman itu berubah masam ketika memandang Bagas, "Apa mau lo?" ketusnya dengan suara serak.
"Tinggal ikut aja ribet amat," balas Bagas tak kalah ketusnya.
Melihat kebungkaman cewek itu membuat Bagas langsung menarik tangannya tanpa izin. Untuk kali ini Fiya hanya diam saja dan melihat Bagas akan membawanya kemana.
Dalam perjalanan sama sekali tidak ada perbincangan di antara keduanya, hanya keramaian jalan raya akibat anggota Neurosion.
Tapi Fiya sama sekali tidak asing dengan rute yang tengah ia lewati saat ini.
Setelah berpisah dari rombongan, Bagas berhenti di depan gerbang masuk rumah mega, "Ini kan, rumah lo." cicit Fiya.
Namun tidak ada jawaban dari cowok itu sampai ia turun dari motornya.
"Lo mau turun atau_"
"Nggak! Nggak perlu!" potong Fiya memingat hari dimana Bagas memopong tubuh rampingnya ke atas boncengan.
Fiya berjalan membututi Bagas layaknya anak kucing pada induknya. Walaupun ini kali duanya ia singgah di rumah ini tapi tetap saja ia seorang tamu dan harus menjaga atitut.
"Sebenarnya ngapain lo ngajak gue ke rumah lo?!" geram Fiya karena belum mendapat kejelasan.
Bukannya menjawab, Bagas malah berhenti mendadak dan berbalik badan untuk memastikan satu hal.
"Hmmm, normal." gumam Bagas saat tangannya menempel di dahi lebar Fiya.
Cewek itu semakin geram dengan kelakuan Bagas yang prikk, hingga ia menepis tangan Bagas dari dahinya.
"Apa-apaan sih lo?!" gertaknya.
"Lo Fiya, kan?" tanya Bagas sembari menunduk agar tingginya setara dengan Fiya.
"Fiya?" beonya bingung, "Oh, gue bukan Fiya. Gue itu si hihihihi ..." celetuknya cosplay mbak-mbak kunti.
Bagas sendiri langsung beradegan seolah-olah menjadi abang ojol yang ngantar penumpang jadi-jadian.
"Kalau gitu lo bisa kabulin 3 permintaan gue dong?" balas Bagas semakin mengada-ngada.
Bahkan Bagas sempat menjewer pipi Fiya yang cubby.
"Itu jin kalik!!" ketusnya.
Sebelum Bagas kembali mengoceh, terdengar suara yang menjadi penyebab sikapnya berubah 99,99%.
"Ee, ada nak Fiya,"
Fiya melihat dari balik badan Bagas seorang wanita setengah baya tengah tersenyum melihat kehadirannya.
Segera Bagas mencium punggung tangan Mama Nisa dan ikuti oleh Fiya. Meski baru dua kali pertemuan, tapi Fiya merasa sudah diperlakukan seperti anak sendiri.
"Ayo masuk," tutur Mama Nisa sembari merangkul pundak Fiya, "Tante lagi buatin gorengan kesukaan Bagas di dapur," lanjutnya ramah.
Fiya hampir tercengang ketika mendengar jika cowok dingin dan badass yang termasuk anak orang kaya menyukai makanan sejuta umat.
Bahkan Fiya ingin tertawa, tapi tertunda akibat Bagas menatap tajam ke arahnya. Lagi pula apa salahnya jika ia menyukai gorengan? Apa ia ingin dipanggil kanibal?
"Tante, Fiya boleh bantu?" Fiya mencoba mencari celah agar terbebas dengan kondisi ini.
"Boleh, boleh. Ayo ke dapur," balas Mama Nisa, lalu beralih pada putra semata wayangnya, "Bagas ganti baju dulu, baru boleh ke dapur!" cegahnya.
"Iya, Ma." balas Bagas patuh.
Setelah kepergian Bagas, kedua wanita ini membagi tugas. Mama Nisa dengan adonan sedangkan Fiya menggoreng sisa adonan tempe mendoan dan ote-ote.
Tak berselang lama, cowok yang biasanya keren dan selalu tebar pesona itu tampil dengan pakaian sederhana ala rumahan, celana pendek abu-abu dan kaos hitam polos yang menutupi lekuk tubuh Bagas yang berotot.
Cowok itu terus melihat ke arah Fiya yang lihai dalam menggoreng. Sebaliknya Mama Nisa terlihat bahagia, akhirnya Bagas memilikii seseorang yang bisa membuatnya tersenyum seperti itu.
"Sering-sering main ke sini ya," pinta Mama Nisa pada Fiya yang masih fokus pada pekerjaannya, "Lagian Tante bosen di rumah sendirian, Bagas itu sukanya keluar sama teman-temannya sampek malam." lanjutnya seperti curhat antara menantu dan mertua.
"Iya Tante, Fiya usahain." balasnya terkekeh.
Bagas yang sedari tadi berdiri tegap layaknya patung Airlangga, mulai berjalan masuk dan berdiri di antara kedua wanita itu. Atau bisa dibilang lebih dekat dengan Fiya.
"Fiya setelah tamat SMA mau lanjut atau buka tarup?" pertanyaan itu membuat Fiya kebakaran jenggot.
Fiya mencoba untuk tidak terlihat panik, "Pinginnya lanjut, Tante,"
"Ohhh ... sama dong sama Bagas. Tante minta Bagas kuliah di luar negeri biar luas wawasannya," jelas Mama Nisa, "Kayaknya Tante bakal kesepian lagi,"
Bagas segera memeluk erat Mamanya itu, perpisahan memang menyakitkan tapi itu untuk sebuah masa depan.
Mama Nisa membuka satu tangannya untuk Fiya, ia ingin gadis itu merasakan kehangatan kasih sayang darinya.
¤¤¤¤
AAAAAAA!!!!!! GIMANA NIH GUYSSSSS ....
INI CHAPTER TERPANJANG YG NAA KETIK. SEBENARNYA ADA DUA PART TAPI JADI SATU BIAR LEGA PARA PEMBACA♡♡♡
SO SWEET BANGET MEREKA, BTW KAYAKNYA FIYA DALAT LAMPU HIJAU NIH.
TAPI SI BAGAS GIMANA!? KAN, BABANG SATRIYA KAYAK MAU BERUBAH JADI HULK KALAU DIA LIHAT BAGAS.
WDUH WADUHHHH .... MAKIN PENASARAN NGGAK NIH????
SAYANGNYA MASIH NUNGGU YA ...
LANJUT BBESSSOKKKKKK ....
KAMU SEDANG MEMBACA
BAGASKARA [TERBIT]
Teen Fiction[Pre-Order💜💜💜🔥🔥🔥] [BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA👊👊] Bhatalyer Bagaskara Arganesa cowok tampan dengan sejuta rahasia dan teka teki. Di setiap perbuatannya selalu terselip niat terselubung. Leader geng Neurosion yang tidak tersentuh. Kepemimpi...