☣️BAB 63☣️

1.3K 68 2
                                    

♡[12/06/2K22]♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♡[12/06/2K22]♡

¤Jangan lupa vote dan komen, kalau nggak Bagas bakal bantai nih¤

^Tak terasa 3 tahun telah berlalu begitu cepat.^
《Andhika Arya Febriansyah》


Berita kemenangan Neurosion terdengar sampai ke seluruh penjuru SMABA, tapi banyak dari mereka hanya mendengar setengah dari kejadian penyerangan markas Neurosion. Meskki banyak pujian yang diterima oleh Bagas, tapi ia merasa hampa seperti harinya tak berwarna lagi.

Semenjak Bagas menentukan pilihan, ia merasa Fiya semakin menjauh darinya. Tidak ada lagi hal kecil yang akan diperdebatkan, bahkan bertutur sapa saja tidak. Seolah-olah mereka adalah orang asing yang tidak pernah bertemu.

Meskipun begitu, Bagas tetap akan mengawasi cewek itu meski dari kejahuan dan menahan setiap luka yang belum mengering. Kini Fiya memiliki hobi baru, masih seputar buku tapi ini mengenai dunia perkuliahan, bertindak seakan tidak terjadi apa-apa.

"Guys, nggak kerasa bentar lagi kita bakal berpisah," ujar Arya memulai pembicaraan di tengah jam kos, karena memang sudah tidak ada lagi pembelajaran.

Aril terkekeh mendengar pengakuan Arya yang antimeanstrem, "Tumben otak lo bilang gitu," remeh Aril.

"Yang ngomong itu mulut, bukannya otak kaleng kongguan!!" celetuk Arya dengan makiannya membuat Aril semakin tertawa meski bibirnya sedikit sakit karena lukanya belum sepenuhnya sembuh.

"Tapi bener apa yang diomongin perawan kita, bentar lagi kita bakal pisahan. Apa lagi lo, Gas. Lo kan mau kuliah di luar negeri." sahut Faul sebagai penengah. Tumben amat belain si Arya.

"Kenapa lo pada ngomong seakan-akan gue bakal mati?" heran Bagas karena melihat tatapan aneh dari teman-temannya.

Tapi memang benar, kuliah di luar negeri adalah harapan Nisa untuk Bagas menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Lagi pula surat rekomendasi hanya diberikan pada siswa yang memiliki potensi dan ada beberapa kabar Fiya juga mendapatkannya. Tapi selama satu bulan ini ia sedikit tidak fokus pada tujuannya, kalian pasti tahu apa yang membuat dirinya seperti itu.

Setiap malam Bagas akan menyiksa dirinya sendiri, jadi jangan heran jika luka di tubuhnya bukannya sembuh tapi setiap hari akan bertambah. Sakit? Tentu tidak, sebab sakit ini tidak sebanding dengan hati Bagas yang kembali ditutupi awan gelap.

Ia butuh matahari untuk kembali berwarna, matahari itu adalah Fiya, tempat ia berputar sesuai porosnya. Kalian bisa bayangkan hidup tanpa matahari, setiap hari, jam, menit dan detiknya terasa hampa dan suram.

"Btw, kalian ada yang mau gabung buat jadi panitia acara pre-kelulusan angkatan kita nggak?" tanya Faul membuyarkan lamunan Bagas.

"Gue, gue!" cengir Arya bersemangat. Inilah saat-saat yang ia nanti semenjak menginjakkan kaki di SMABA.

BAGASKARA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang