☣️BAB 30☣️

1.9K 98 7
                                    

Happy Reading♡(28/04/2K22)♡

^Mungkin juga gue nggak bisa lihat sinar matahari lagi.^
Bhatalyer Bagaskara Arganesa

Tiba-tiba langkahnya terhenti, tubuh ini terasa lemas melihat sesuatu yang membuat hatinya lega. Ia lega melihat Fiya yang masih mengayuh sepedanya dengan senyuman yang selalu Bagas impikan suatu saat itu akan menjadi miliknya.

Namun untuk sekarang hal itu mustahil akan terjadi. Posisinya sebagai leader, dengan kata lain akan banyak musuh yang senantiasa mengincarnya sebagai kelemahan Bagas yang terbesar setelah Mamanya.

Meski Bagas yakin bila cewek bobrok dan keras kepala seperti Fiya dapat melindungi diri sendiri, tapi apakah salah jika ia memiliki sedikit rasa khawatir bila berada jauh darinya? Tidak, kan?

'Menunggu waktu yang tepat,'

Bagas merasa smartphone kembali bergetar memunculkan notifikasi panggilan.

Samuel Dhani Anggara is calling ...

"Lo dimana?" suara itu terdengar saat Bagas berhasil terhubung dengan Dhani, "Gue ada sesuatu, penting!"

"Posisi?" tanya Bagas.

"Tempat biasa,"

"I want go,"

¤¤¤¤

Sesampainya di depan rumah, satpam kesayangan membukakan gerbang dan muncul makhluk yang menyambut kedatangan Fiya dengan sapu halaman tertanggal di bahunya yang kokoh.

Mata hitam tajam, bibir sexy serta alis tebal, sang polisi idaman pencinta istrinya Rinnai. Sayangnya wajah tampan itu tidak cocok bila sering marah, nanti cepat tua.

"Ada lampu taman nih!!" cibir Fiya karena tubuh tinggi tangkas kakaknya menghalangi jalan.

Satriya Dirgantara, cogan angkatan militer yang jarang pulang. Putra tertua Papa Zean sekaligus Abang super menyebalkan bagi Fiya.

Karena Satriya lah, Fiya tidak diperbolehkan menggunakan motor hasil jerih payahnya sendiri. Pakai mobil pun harus ada yang mengemudikan.

"Udah tahu tangan sakit, tapi masih nekat keluar!!" cibir Satriya pada adik bungsunya yang tidak punya rasa takut di matanya,

"Masuk sono!!" tegasnya tidak ingin memberi cela untuk Fiya berbicara atau tidak sidang debat terbuka akan berlangsung sampai sore.

"Botak!!" maki Fiya penuh penekanan sebelum ia berlari menjauh dari Satriya yang tampak ingin sekali membumi hanguskan dirinya.

Satriya sempat melihat keadaan sekitar sebelum menutup kembali gerbang rumahnya. Entah mengapa firasatnya mengatakan jika adiknya pulang tidak sendirian. Suasana senyap tidak mengurangi rasa curiganya.

¤¤¤¤

"Kenapa telat?" tegur Dhani yang tampak emosi karena keterlambatan sang leader yang tidak seperti biasanya.

Dan, tidak mungkin juga ia ceritakan jika tadi ia sempat dintrogasi Mama Nisa. Apa ia datang bersama Markaya?

Meskipun begitu Mama Nisa tetap memerlakukan setiap teman-teman Bagas yang main ke rumah layaknya anak sendiri.

Buktinya Dhani sudah dikelilingi makanan yang diberikan Mama Nisa.

Bagas mengusap keringat di dahinya sembari duduk berebelahan dengan Dhani, "Nggak usah dibahas, ada hal penting apa?" ujar Bagas mengganti topik pembicaraan.

"Gue punya informasi tentang pergerakan musuh," jelas Dhani dengan ekspresi yang sulit diartikan. Emang nih anak diam-diam menghanyutkan.

Dhani memutar laptop bersteaker lambang Neurosion ke arah Bagas dan mulai menunjukkan data yang ia peroleh, meski sedikit tapi itu sangat berharga.

'Udah gue duga,'

"Mungkin ..." Dhani menjeda perkataannya untuk menyinkronkan semua informasi dengan kenyataan.

"Kehancuran Neurosion," tebak Bagas tepat sasaran, sebelum Dhani mengatakannya.

Memang kemampuan insting Bagas dalam berpikir kritis tidak perlu ditanyakan lagi.

Bagas melipat tangannya di dada, berjalan mendekat ke arah balkon kecil kamarnya. Menutup mata sembari merasakan setiap hembusan angin sepoi-sepoi.

'Mungkin juga gue nggak bakal bisa lihat sinar matahari lagi,' batinnya.

¤¤¤¤

SATU KATA BUAT CHAPTER INI!!!!

HADDUUHHH FIRASAT APA LAGI NIH BAGAS???

KOK SAMPEK BILANG KEHNCURAN NEUROSION SIH? APA SEMUA ITU BKL ADA KETERKAITANNYA SAMA TEROR DARI PANTAT KAMBING ATAU JANGAN2 ...

CIIEEEE PENASARAN YAAA:)

SAYANGNYA HARUS LANJUT BESOKKKK ...

BAGASKARA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang