☣️BAB 17☣️

2.3K 140 1
                                    

♡[09/04/2022♡

^Setiap orang tua akan rela terluka dari pada melihat anaknya terluka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

^Setiap orang tua akan rela terluka dari pada melihat anaknya terluka.^
Zeanuri Akbar

Mata perlahan terbuka, melihat sekeliling yang didominasi warna putih. Kepala terasa pusing hingga tidak bisa berbuat apa-apa, hanya saja ia merasakan tangan kanannya terasa keras dan sulit digerakkan.

Pandangan matanya beralih pada seseorang yang tengah tertidur di tepi bangsalnya. Ia juga melihat Lion duduk di sofa.

"Papa ..." lirih Fiya membangunkan pria setengah baya itu.

"Fiya? Alhamdulillah, kamu udah sadar nak," syukur Zean sembari mengusap puncak kepala putrinya itu.

"Kenapa kamu melakukan semua ini, hah? Jangan sampai nyawa melayang cuma gara-gara buku kamu robek," tegur Zean membuat Fiya kebakaran jenggot. Padahal ia baru saja sadar langsung terkena bogeman samar dari Zean.

"Pa-papa tahu dari mana?" gagap Fiya penasaran.

"Dari temen kamu tuh," tunjuk Zean pada Lion yang mengalihkan pandangan karena Fiya menatap kesal ke arahnya.

'Damn, Papanya Fiya pakek ngaduh lagi,' gerutu Lion mulai panik dengan tatapan itu.

Fiya beralih pada Zean, "Papa, Fiya mau sekolah ..." rengek nya yang belum sadar akan sesuatu.

"NGGAK BOLEH!! Hari ini papa udah izinin kamu nggak masuk sekolah!" tolak Zean dan mempersilakan Lion pergi, karena hari semakin meninggi.

"Tapi kenapa?"

"Lihat tangan kamu!"

"Tangan Fiya ba ... APA?!" kejut Fiya melihat tangannya terbalut plaster jumbo, mirip paket siap antar.

"INI AKIBAT FIYA NGGAK NURUT SAMA PAPA!!" sembur Zean membuat Fiya kehabisan stok kata untuk membujuk Papa Zean, "Jadi mulai sekarang, setiap kegiatan Fiya harus lapor sama Papa!"

"Tapi Papa ..."

"Nggak ada penolakan, harga mati!" potong Zean pada putrinya yang keras kepala kelas batuan dalam.

Ya, sekarang mau tidak mau Fiya harus menuruti permintan Zean atau nggak bisa berabe.

"Sekarang Fiya istirahat. INGAT! Nggak boleh kabur!" ancam Zean tak kalah menyeramkan dari Fiya saat mengamuk. Emang ya, bapak sama anak nggak ada bedanya.

"Papa mau beli makanan," lanjutnya yang dibalas anggukan pelan layaknya kucing penurut.

Satu hal yang Fiya benci, BOSAN. Bagaimana tidak? Ia duduk sendirian hanya mendengar suara bising khas rumah sakit.

Untuk membuang jauh-jauh rasa bosan ini, Fiya men-scroll smartphonenya, membuka aplikasi Wattpad. Mungkin hari ini ia akan marathon cerita seharian.

Tak lama pintu terbuka, terlihat Zean kewalahan membawa dua kresek makanan dan satu rantang berukuran sedang. Fix, Zean ingin membuat Fiya jadi sapi kurban dengan makanan sebanyak itu.

'Ini yakin bisa habis?'

"Ini Papa belikan makanan, harus habis!" ancam Zean dengan senyum yang sulit di artikan.

"Iya, tapi apa nggak kebanyakan, Pa?" protesnya melihat begitu banyak makanan dinakas.

"Tadi itu temen kamu datang bawain makanan buat kamu, sekaligus tolong Papa dari jambret," jelas Zean.

"Jambret?!" beo Fiya, "Siapa Pa? Apa yang tadi? Tapi Papa kayak nggak papa,"

"Bercanda muluh anak Papa," gemas Zean hingga mencubit pipi cubby putrinya, "Bukan, dia yang kemarin malam bawa kamu ke rumah sakit,"

Perkataan Papa Zean membuat otak Fiya berpikir keras. Ia tidak bisa memikirkan apapun dengan perut keroncongan. Yang ada di pikirannya hanya, mumpung gratis, makan sepuasnya!

"Siapa?"

¤¤¤¤


KELAKUAN AYAH DAN ANAK INI EMANG NGGAK ADA HABISNYA. DI SATU SISI FIYA YANG KERAS KEPALA DAN PAPA ZEAN YANG SUKA NAIK DARAH SETELAHNYA HANGAT.
MESKIPUN BEGITU, ZEAN LEBIH MENYAYANGI FIYA KETIMBANG SATRIA LOH...
NAHHHH INI HARUS LANJUT BIAR TAHU ALASANNYA YA
SALAM HANGAT DARI NAAA ...
LANJUT SCROLL

BAGASKARA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang