2

3.3K 416 59
                                    

Haha, author is back! Happy reading!

"Waw." Sedikit terkejut dengan penampilan ku yang tidak banyak berubah kecuali pupil mata yang berwarna kebiruan. Rambutku tetap berwarna hitam, namun dahulu hanya sebahu, sekarang justru lebih panjang. Dan jujur, tidak ada perubahan signifikan terhadap tubuhku.

Betewe, kalau aku pindah... Apa si duo baka itu juga pindah ke sini ya? Si Fuku mirip sama Kai, kakak laki-laki ku nomor dua. Yang nomor satu namanya Ray, mereka kembar kek Upin Ipin. Sama sama baka, sama sama sengklek, intinya punya dua kepribadian. Tapi Kai itu orangnya lebih aktif dari pada si Ray yang sering cosplay jadi kulkas 10 pintu.

Aku malah ketularan si Kai, njir...

Lusa masuk U.A, mungkin lewat rekomendasi si BlackJack. Fukuyama Hazegawa, aku belum pernah membaca atau melihatnya di serial ataupun manga. Ini di bayangan serial ya? Dimana kehidupan lain terjadi di luar pantauan kamera penulisnya. Sabi Sabi...

Aku kembali merebahkan tubuhku, jam baru menunjukkan pukul setengah empat sore. Enaknya ngapain ya? Belajar quirk?

Tangan kananku terangkat, sedikit bergerak memutar ke arah meja belajar. Buku-buku yang semula diam, kini bergerak sesuai keinginan ku. Kalau ngelemparin orang pake quirk bagus keknya, kek ngelemparin Kai ke kandang banteng biar si seruduk, jadi sengklek nya bisa ilang. Mungkin...

"(Name)?" Aku yang baru enak-enak memejamkan mata beberapa saat sambil belajar membiasakan diri dengan quirk, harus mendecih dalam hati ketika kegiatan rebahan ku di ganggu oleh burung hantu jadi-jadian. Kepalaku sedikit mendongak ke arah pintu, Fuku dengan masih memakai apron hitam dan kemeja biru serta celana kolor hitam bertengger di depan pintu. Njir, pengin ngakak. Jadi keinget meme Gojo pake sarung plus peci dan kacamata, belum lagi kuda kuda bawa sapu segala...

"Nani?"

"Huh, ku kira kau mati. Kau sedari tadi tidak mendengar suara ku ya?!" Sembarangan anda bilang saya mati, suara mu aja yang kekecilan njir. Beneran sengklek kek Kai, Kai mungkin pinter, tapi kadang bego nya melebihi Kaminari.

"Kalau tidak ada yang penting, tolong keluar. Aku butuh waktu menyesuaikan diri." Ucapku datar dengan kepala yang kembali menatap langit-langit kamar, Fuku ber-hump bak anak kecil yang tidak mendapatkan sesuatu. "Sebentar lagi makanan jadi, 10 menit lagi kau turun untuk makan. Mengerti?"

"Oke."

Setelah Fuku meninggalkan kamar, aku segera menutup mulut menahan tawa. Mana rambutnya si Fuku hampir mendekati warna putih, matanya kebiruan gitu... Astaghfirullah.... Ngakak, bener ngakak.

(Name), jaga image mu woy!

"Stay calm." Aku bergumam lirih, lalu aku menyadari sesuatu. Walaupun tanganku sudah berpindah tempat, buku-buku itu tetap melayang tanpa berpindah. Waw, emejing. Coba nulis deh pake quirk.

Naoko.

Waw, jadi.

Kalau gini kan gampang, jadi gak perlu repot-repot gendong tas kalau sekolah. Tinggal pake quirk kan gampang. Tapi, kira-kira efek samping quirknya apaan ya?

Aku manggil (Name) yang dulu pake Nao ya, biar agak mudah gitu. Jadi gak terlalu ketuker-tuker. Do you understand?

Setelah hampir beberapa menit melamun, aku segera turun dari kamar menuju lantai bawah. Kalo nggak cepet-cepet nanti si Fuku bisa ngamuk lagi. Hmm, tercium aroma kari, enak nih kayaknya.

"Datang juga, duduk cepat sebelum makanannya dingin." Ujar Fuku, setelah ia melepas apron dan menggantungkannya, ia segera menyusul ku dengan duduk tepat di samping ku. "Ittadakimasu!" Kami kemudian menyantap hidangan dengan keheningan, ya itukan tata Krama dalam makan. Diam adalah emas, jadi kita bisa benar-benar menikmati makanannya.

Fall [Boku No Hero Academia × Reader] • END •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang