95

1.1K 97 70
                                    

HEI GUYS!

BISA DIBILANG, INI CHAPTER TERAKHIR DI BOOK INI.

KENAPA KEPSLOK? BIAR KALIAN BENER BENER MAU BACA.

MOVIE 2 : HEROES RISING

AKAN SELESAI DALAM SATU CHAPTER!

WALAUPUN BEDA KEYAKINAN, TAPI...







MERRY CHRISTMAS BAGI YANG MERAYAKAN! AND, HAPPY NEW YEAR!





















Movie 2 :

HEROES : RISING

START!

HAPPY READING ALL❤️


































"Setidaknya kalau mau masuk permisi dulu kek, samlekom atau apalah. Malah main masuk dan bikin heboh satu asrama, sopankah begitu dasar burung gagak?" Aku berkacak pinggang di depan Fukuyama yang berdiri di hadapan ku, kami berdua tepat berada di depan pintu asrama. Sementara itu, di belakang ku banyak murid sekelas yang mengintip dari jendela.

"Heh, kau kayak nggak anggap aku abang mu sendiri." Fukuyama yang tangannya hendak menyentil dahi ku membuatku menghindar dan mendorongnya untuk pergi dari sana. Walau terkesan nggak sopan, tapi aing kagak nyaman kalau kami ngobrol dilihatin.

Apalagi dengan bisik-bisik, kek "hah? bukannya itu Black Jack? dia abangnya (Name)?"

Sampai agak jauh, dia berdiam diri mendadak. Aku auto menabrak dia tanpa rem. Lalu, lelaki itu pun menyentuh potongan lengan ku yang cuma tinggal atasnya doang.

"Sakit nggak? Beneran mau ikut program itu? Aku ke sini karena Eraser bilang dia nggak yakin dengan keadaan mu, jadilah aku datang langsung buat nanya."

"Oh, kamu nanya?"

"Jangan kumat dasar bocah buntung,"

"Abang lucknut."

Yeu, beneran ini abang adek kagak bisa serius. Baru tau kalau ini Fuku bercandanya bisa agak nyelekit.

"Udahlah, ini aku serius. Beneran gak apa-apa ikut program itu?" Tanyanya sekali lagi. Aku cuma mengangkat bahu, menatap ke belakang, lebih tepatnya teman-teman ku sendiri.

"Yah, kita nggak tau apa yang mungkin terjadi." Aku kembali menatap Fukuyama, "Tapi kan, udah ada barang-barang canggih. Aku nggak perlu sering-sering pakai quirk."

"Bukan itu (Name)," ia mulai menatapku tajam, sambil ia mengguncangkan bahu ku. "Kita baru jadi kakak adek cuma beberapa bulan, itupun terpangkas waktunya karena kau di U.A. Bukan karena apa-apa, tapi firasatku sama tajamnya dengan firasat seorang ibu. Kau itu tinggal satu-satunya anggota keluarga yang punya hubungan darah dengan ku, (Name). Firasatku agak buruk, pahamilah."

Ini abangku dah kek cenayang anjir.

"Fuku-nii, kau nggak rada-rada, kan?"

"Ini abangmu serius, (Name)."

Aku menghela napas, senja mulai mendominasi langit sore ini. Yah, nggak sopan lagi kalau aku tidak mempersilahkan abang tersayang masuk ke asrama.

"Dahlah, masuk gih. Ku mau bertapa, nyari wangsit gimana biar bisa kagak mati gegara tepuk jidat mulu liat kelakuan abang." Yok, KABOR!

Fall [Boku No Hero Academia × Reader] • END •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang