83

346 67 5
                                    

Ahahaha.

Aku tarik niatku membuat animasi. Susah ternyata, naif di dunia nyata.

Ehe,

-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-























"Tapi memang benar, kita tidak berpikir panjang.." -Iida.

"Kau yang tidak mau ikut berdiskusi, jangan membuat ribut sekarang!" Tumben-tumbenan itu anak yin yang mau memisahkan.

"Apa kalian tidak merasa kesal? Padahal kita juga tidak mau berurusan dengan para penjahat itu. Kenapa kita juga yang mau menghadapi kekesalan mereka? Kalau kalian ingin menyenangkan mereka, sebaiknya lupakan saja! Kita harus bertarung. Kita di sini bukan untuk berlagak baik, tetapi untuk bertarung! Kalau mau melakukannya, lakukanlah dengan serius! Kita habisi murid-murid U.A dengan musik kita!"

Pidato yang membagongkan, benar-benar membagongkan. Kebanyakan bacot walau memang tujuannya begitu, tapi ya, kalau mau kenapa kudu pakai pidato sih?

Semuanya bersorak, aku cuma kembali menghela napas sembari mengambil minum. Rasanya lega, tapi tetap ada sesak di dada. Kenapa ya? Tumben seperti ini, apa gara-gara pertarungan kemarin?

Ah, lupa. Malah memegang kepala pakai tangan kiri yang tinggal awang-awang. Sialan, aku kangen tangan ku. Apa nggak bisa beregenerasi gitu? Kalau pakai darah, aku cuma bisa membentuk tangan, kan nggak ada tulang dan kelenjar ototnya. Mana bisa merasakan kembali tangan kiri. Hiks.

Sampai malam tiba, mereka masih terus mendiskusikan tentang festival budaya. Aku hanya memperhatikan tanpa bicara, yang penting paham alur pembicaraan aja udah cukup kok. Hehe, hehehehe, hehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehe.

Yaoyorozou mengusulkan dirinya yang memainkan keyboard, lalu Mina yang mulai berceloteh ria tentang efek panggung. Todoroki mengeluarkan es, Kirishima melayang sambil nyerut es, sampai Aoyama yang katanya jadi bola disko.

"Em, sepertinya tidak bisa deh. Aku ada latihan malam, kata sensei juga penggunaan quirk ku agak dibatasi karena sekali penggunaan perlu mencapai titik kritis, dan ya begitulah," aku menolak usulan Mina saat meminta ku menerbangkan Aoyama juga Kirishima sekaligus. Walaupun alasan, tapi ada benarnya juga. Aku memang belum tau efek samping quirk ku, tapi katanya bisa sampai berefek ke fisik kan parah.

"Yah...."

"Baiklah, kalau begitu aku yang akan jadi bassist, tinggal mencari gitaris dan vokalisnya. (Name), kau mau---"

"Pahamilah keadaan ku, bukannya pada seneng, yang ada pada ngeri dengan keadaan ku yang cacat begini." Sela ku. Lagian, bener kan?

Tak lama, para murid magang lain pun pulang. Pelajaran tambahan dari Aizawa-sensei pun selesai hari itu bagi mereka, tapi tidak bagiku.

"(Name), Aizawa-sensei bilang kalau Midnight-sensei akan menunggumu di gedung Gamma pukul setengah 2 pagi." Ujar Uraraka memberi informasi, aku hanya mengangguk berterima kasih.

"Ekstrem, latihan mulainya pukul 2 pagi, kau bakalan pulang jam berapa?" -Kaminari.

"Aku nggak pulang, pagi-pagi langsung ke sekolah, ada yang perlu ku urus. Lagipula nanti latihannya sama robot, jadi aku tidak akan mengganggu jam tidur pada guru."

"Tapi yang ada guru yang menggangu jam tidur muridnya," timpal Sero.

"Udahlah kek, lanjutkan ini diskusinya."















































Fall [Boku No Hero Academia × Reader] • END •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang