Bentar lagi mau 80 chapter.
Yey.
-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-
Aku cuma ngakak kecil sambil liatin Mina yang terus panik berlari tunggang langgang dikejar-kejar monster acid. Padahal asamnya dari dirinya sendiri. Sembari terkikik, aku menoleh ketika Midoriya memanggil ku. Ia menyodorkan jam tangan yang kemarin aku suruh ia untuk mengambilnya dari mendiang tangan kiri ku.
"Eh, ku kira kau memberikannya ke kakakku."
"Tidak, kakak mu bilang lebih baik mengembalikannya ke orangnya langsung, begitu." Ucapnya sebelum pamit pergi ketika Aoyama memanggilnya.
Eh, habis itu malah Cementos-sensei dong yang muncul secara tiba-tiba ngagetin orang. Dia bertanya kalau aku sudah mendapatkan jurus pamungkas atau belum, sebenarnya sudah sih dan banyak, tapi aku masih bingung satu-satu menggunakannya.
Okeh...
Aku terus berlatih jurus pamungkas, yang kena imbas malah seperti Mineta yang terkena Icy Frost, Sero dan Kaminari yang malah minta dibuatkan samsak menggunakan monster buatan ku yang berujung Sero kelelahan dan Kaminari yang menyetrum dirinya dengan skala listrik yang agak besar gegara nyetrum monster ku kagak berpengaruh.
Selain itu, aku berhasil menyempurnakan kemampuan terbang ku, walaupun aku masih belum tau mau dinamakan apa. Tinggal menurut authornya aja nanti.
Yah... Latihan pun usai, kami semua pulang ke asrama.
"(Name), kau hebat dengan quirk telekinesis bisa mengendalikan apapun juga," puji Uraraka yang menirukan ku saat menembakkan Icy Frost ke Mineta, sementara yang menjadi korbannya langsung meminta Uraraka tutup mulut.
Aku hanya mengangguk sambil tersenyum kecil, mensyukuri kalau bisa balik ke asrama. Kemudian, aku membalas ucapan Uraraka, "Karena ku pikir konsep telekinesis adalah mengendalikan, jadi bukan tidak mungkin jika aku bisa mengendalikan sesuatu yang dianggap mustahil jika menggunakan telekinesis. Orang-orang awam mungkin berpikir kalau aku punya quirk banyak."
"(Name), apa kau juga bisa menggunakan quirkmu sehingga terlihat mirip seperti quirk punya kami?" Aku pun terdiam sejenak kala mendengar pertanyaan Hagakure, si gadis invisible.
Tapi kemudian, aku menjawab, "Bisa."
Beberapa yang ada di sana langsung membeo penasaran, aku pun mulai menjelaskannya satu persatu kepada mereka semua. "Aku tidak bermaksud menjelekkan quirk kalian, tapi aku hanya mencoba menganalisis bagaimana jika aku menggunakan telekinesis untuk meniru quirk kalian. Apa bisa dipahami?"
"Bisa, (Name)." Jawab mereka kompak.
"Oke, aku mulai, ya. Pertama, Aoyama. Aku mungkin sedikit kesulitan, tapi jika aku menggunakan energi panas atau angin atau bahkan air dengan kecepatan tinggi, aku bisa menghancurkan sesuatu yang mungkin mirip saat Aoyama menggunakan laser miliknya. Kalau soal cahaya yang keluar, mungkin aku hanya bisa menggunakan lava atau cahaya panas.
Dua, Mina. Aku mampu membuat darahku mencapai titik kritis dengan membuatnya seperti asam Mina, karena di sisi lain, darahku itu mengandung racun karena percampuran quirk yang semakin dalam,"
"Jadi kau punya dua quirk?" Tanya Jirou, akupun mengangguk. "Boleh ku lanjutkan?" Aku bertanya, semuanya hanya mengangguk sebagai jawabannya.
"Tiga, Tsuyu. Aku mungkin tidak bisa memanjangkan lidah sepertinya, tapi aku mampu jika disuruh menempel pada dinding. Juga kalau lendir beracun, aku bisa menggunakan darahku sebagai penggantinya.
Empat, Iida. Jangan ditanya, adaptasi quirk ku untuk kecepatan adalah hal yang bisa dikatakan biasa. Menggunakan angin sebagai pendorong untuk berlari atau bahkan berjalan. Itu sudah mirip, bukan?
Lima, Uraraka. Kalau yang ini memang konsepnya mirip telekinesis, bedanya kalau aku harus tau seberapa besar beban yang mungkin akan ku buat melayang. Berbeda dengan Uraraka yang membuat sesuatu yang ia sentuh menjadi tidak bergravitasi. Mengerikan kalau penggunaannya sudah benar-benar maksimal.
Enam, Ojiro. Kalau tanpa quirk pun, aku masih bisa bertarung. Jadi mungkin aku menggunakan telekinesis untuk membantu keseimbangan juga mengantisipasi jika ada kawan yang berada di titik buta ku.
Tujuh, Kaminari. Asalkan aku berada dekat sumber listrik, bisa saja aku menjadi sepertinya yang mampu menyetrum apapun. Tapi disisi lain, aku juga bisa menangkal juga menyerap listrik jika diperlukan.
Delapan, Kirishima. Bukan menggunakan tubuhku, tapi menggunakan angin yang ku padatkan sehingga misal aku menggunakannya untuk perisai, maka itu tidak akan mudah hancur.
Sembilan, Koda. Aku bisa, cuma aku perlu menggunakan quirkku untuk berubah bentuk menjadi hewan dan meminta hewan lain untuk membantu. Selain itu, aku juga bisa membentuk hewan dari darahku kemudian memperintahkan mereka.
Sepuluh, Sato. Adaptasinya mirip punya Kirishima, tapi karena Sato adalah penyerang, maka aku menggunakan angin sebagai misal sarung tangan atau dorongan ketika aku menyerang sesuatu.
Sebelas, Shoji. Aku bisa mendengarkan jarak jauh, sampai berkilo-kilo jika aku mau. Tapi ya... Kadang sulit karena memang terlalu banyak adaptasi terkadang aku justru kehilangan konsentrasi.
Dua belas, Jirou. Yah, hampir sama seperti tadi. Tapi kalau Jirou mampu mengeluarkan suara detak jantungnya, sementara aku tidak. Jadi sebagai penggantinya mungkin aku bisa mengeraskan suara sesuatu, seperti misal suara guncangan yang bisa ku buat suaranya lebih besar dari sebelumnya.
Tiga belas, Sero. Bukan menggunakan selotip, tapi aku menggunakan telekinesis. Aku melayangkan dua orang dan menjedotkannya, hampir sama seperti Sero yang merekatkan musuhnya, tapi kalau aku menggunakan angin atau semacamnya.
Empat belas, Tokoyami. Nah, kalau yang ini agak sulit. Karena kemungkinan akan sulit jika menggunakan telekinesis, maka yang ku gunakan adalah darahku yang membentuk monster yang bisa menyerang seperti tadi saat latihan di Gedung Gamma.
Lima belas, Todoroki. Kalau api, aku bisa menciptakannya dari oksidasi oksigen, karbondioksida, nitrogen, uap air dan sebagainya. Bahkan kalau mampu, aku bisa meningkatkan suhunya. Kalau soal es, tinggal menurunkan suhu udara secara drastis.
Enam belas, Hagakure. Ini invisible, secara buatku ini impossible. Jika memungkinkan, darahku mungkin bisa beradaptasi dengan keadaan sekitar dan menirunya, tapi butuh banyak waktu untuk mengembangkannya mengingat hanya darah yang kemungkinan berpengaruh. Kulit dan sebagainya itu aku tidak tau.
Tujuh belas, Bakugo. Kalau tadi Todoroki aku perlu menggunakan oksidasi, maka yang ini kemungkinan aku hanya perlu menggunakan gas metana dan memanaskannya secara tiba-tiba dan mungkin, boom?!
Delapan belas, Midoriya. Yah, ini seperti gabungan dari adaptasi quirk telekinesis untuk meniru Iida, Kirishima, dan Sato. Begitulah.
Sembilan belas, Mineta. Kalau soal ini sih, hem... Entahlah aku sulit menjelaskannya,"
Nampak dari wajahnya, Mineta cuma murung. Dan aku bodoamat sih.
"Yang terakhir, Yaoyorozou. Darahku bisa ku gunakan untuk meniru wujud barang, namun memiliki batas waktunya karena memang sekarang baru perumpamaan. Tapi tidak tau jika semisal benar-benar ku gunakan."
Tepuk tangan kecil-kecilan terdengar dari beberapa anak perempuan, beberapa anak laki-laki seperti Sero justru berujar, "Kalau dulu (Name) tidak terluka, mungkin saja yang juara satu Festival Olahraga itu kau. Bukan Bakugo."
Ini anak secara tidak langsung masuk ke kandang singa njrit.
"APA KAU BILANG MUKA DATAR?!"
Duh, baru juga diomongin.
_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_
4 chapter yang sudah ku usahakan.
TwT
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall [Boku No Hero Academia × Reader] • END •
FanfictionBOOK 1, BOOK KE-2 SUDAH UPDATE DENGAN SAMPUL YANG SAMA ☺️ --------------------- [END] Terjebak dalam dimensi gepeng membuat (Name) harus berjuang membiasakan diri dengan keadaan sekitarnya dan juga identitas barunya. Siapa yang tidak familiar dengan...