81

368 69 8
                                    

Ehe :v

-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-













Pagi hari hampir menjelang siang, (Name), Midoriya, Togata, juga Eraser Head bergegas menuju rumah sakit dimana Eri dirawat. (Name) pasrah karena ia bingung antara mau menyembunyikan keadaan tangannya atau tetap mengatakannya kepada Eri. Masalahnya ya anak itu nantinya akan menyalahkan dirinya sendiri atas itu semua.

SREET...

"Eri-chan..."

(Name), gadis itu tetap berada di luar kamar Eri. Ia terpatung merenung, entah kenapa namun ia merasa deja vu akan suatu hal. Togata, Midoriya dan Nighteye yang ikut datang pun sudah memasuki ruangan itu dan menyapa Eri. (Name) hanya tersenyum kecil kala gadis kecil yang nasibnya hampir sama sepertinya melirik ke arah (Name).

'Deja vu, seperti dulu aku yang mengharapkan sesuatu yang tak terlihat. Unforseen hopes, right? Mengharapkan sesuatu hal yang tak terlihat, nyatanya Nao dulu sering berharap bisa keluar dari belenggu AFO, tapi itu tertunda sampai hampir 16 tahun lamanya.'

"G-gomenasai, karena aku semuanya mendapat kenangan buruk, karena aku juga orang itu kehilangan tangannya, juga Lemillion yang kehilangan quirknya. Aku benar-benar meminta maaf soal semuanya," Eri hampir menangis, yang bisa Midoriya dan Togata lakukan hanyalah menenangkannya.

Ia menunduk, tangannya meremas baju rumah sakit yang ia kenakan.

(Name) masuk dan mendekatinya, "Tidak perlu meminta maaf, tugas pahlawan adalah menyelamatkan, bukan? Tidak mungkin juga kami membiarkan seorang anak kecil sampai dimanfaatkan sebagai alat, bukan diperlakukan seperti manusia. Tanganku belum tentu sebanding dengan nyawa yang ku selamatkan, karena nyawa bisa menyelamatkan nyawa juga di masa depan nanti. Masa depan yang cerah, bukankah seharusnya itu menjadi tujuanmu mulai sekarang, Eri?"

Tumben MC bijak. Biasanya bikin ulah terus.

Eri mulai mendongak, menatap (Name) yang tersenyum kecil. "Nee, Eri. Ingatlah, aku (Name), pahlawan yang pantang mundur sebelum gugur. Tak akan mengalah walaupun lelah, dan juga menjadi pahlawan yang membangkitkan senyuman."

"Pidato yang bagus," puji Nighteye dengan lembut.





































(Name)'s POV

"Aizawa-sensei, jadi kita mau kemana? Siapa yang mau ku latih? Sensei salah merekomendasikan orang lho." Sementara Midoriya dan Togata-senpai masih boleh jenguk Eri, aku malah sudah kena seret duluan sama bapake. Aku cuma bisa pasrah, kalau enggak sepertinya bakalan kena gantung dekat asrama kelas 3 lagi.

Trauma gw kena roasting juga bahan tertawaan sama ghibah kelas 3, mana ada Big Three juga... Menyebalkan. Humph!

Nggak usah sok cute, anjg. Plot armor kau tebel. -Author.

Ye.







































Aku cuma bisa mengekori terus bapake, tidak ada jawaban sedari tadi. Yah, aku cuma menerka-nerka doang. Sambil sesekali aku melayang agak tinggi untuk memantapkan caraku terbang.

BUK

"Sensei, kalau berhenti pakai isyarat atau diomongin dulu lah." Aku mengaduh kecil, karena sedari tadi menunduk, aku sampai menabrak guruku yang menakutkan kalau mode galak.

"Eeee.... Ampun sensei." Njir, kena jewer :(

Tapi eh tapi, kedengaran ada yang krasak krusuk di balik semak-semak. Aizawa-sensei menunjuk tempat itu, walaupun tak nampak tapi kelihatannya seseorang tengah berlatih. Dan aku malah disuruh sembunyi duluan, katanya mau jadi kejutan buat siapalah itu dibalik semak-semak.





























































"Reflek mu kurang cepat, jangan lengah dengan keadaan di belakang mu." Aizawa-sensei terus membimbing seorang remaja laki-laki berambut ungu, eh itu Shinso cuy! Mereka sambil gelud gelud pula.

Hmm, kenapa aku yang malah disuruh ikut melatihnya? Hanya karena kemampuan ku? Eh tapi masa sih Aizawa-sensei sampai perlu aku untuk melatih Shinso? Apa karena nantinya di S5 kalau misal ia beneran bareng Tsuyu dkk dia bakalan kesulitan menggunakan tali yang diberikan Aizawa-sensei?

Aizawa-sensei kemudian menatap ke arahku, ia mengangguk samar.








Okeh,

Aku juga mau latihan fisik, jadi aku menyerang tanpa quirk. Tapi karena aku berada di balik semak-semak, Shinso agak terkejut namun refleksnya saat melawan serangan ku agak lambat. Ia hendak menggunakan tali, tapi sepertinya kesulitan dan akhirnya aku menarik tali tersebut dan melilitnya hingga akhirnya remaja itu jatuh dengan badan terlilit tali.

Yeu, gak asik kau kalah dari cewek.

"Ichi-ne A-gumi, Naoko (Name)-desu. Panggil saja (Name)."

*A/N : Jika ada kesalahan kata, mohon maaf. Author menulis berdasarkan apa yang authornya dengar.

Uluran tanganku terbalaskan, aku membantu Shinso berdiri. Ia hanya mengangguk sampai akhirnya protes kepada Aizawa-sensei.

"Sensei, kenapa sampai membawa kelas A? Juga dia ini juara 3 kan?"

"Eeee... Jangan pandang aku hanya dengan peringkat dan kelas saja, rasanya aku ini seperti dilihat dari tampilan dan kelas." Aku bergumam agak tidak terima, kenapa kalau aku bertemu dengan orang yang mungkin baru pertama kali kenalan, pasti yang pertama dilirik adalah prestasi ku. Padahal sebenarnya, aku cuma mau mendapatkan jawaban, "Begitu, ya? Salam kenal. Shinso Hitoshi." Kek gitu doang apa salahnya? Malahan lebih singkat, padat dan jelas.

"Mau bagaimana lagi, diantara yang lain, hanya anak satu ini yang kemampuan fisiknya di atas rata-rata." Balas Aizawa-sensei. Tapi usai beliau memberikan sedikit arahan untuk aku membantu Shinso berlatih menggunakan tali, guru ngantukan itu langsung pergi.

Wuasem. Ada lagi ini malah Fuku bisa-bisa salah paham lagi. Kenawhy kalau aku deket atau sering latihan sama anak laki-laki dan Fuku tau, pasti mikirnya aneh-aneh.

Lama-lama hilang juga ini jiwa umur 14 tahun ku. Hiks.




































"Shinso Hitoshi, dari kelas C. Yoroshiku onegai shimasu." Setelah ia mengatakan itu, tali-tali yang melingkar di lehernya mulai naik. Kuda-kuda kokoh sudah mulai ia persiapkan.

"Yoroshiku---"

Eh anj--

Dia pakai quirknya!

NGGAK BISA GERAK! LONTONG SAYUR! HUWEEEE, SENSEI INI MURID KAU SESAD!









































SWUSH






















Aku kok bisa mabur? Eh, kok? Bentar, kenapa ini bisa keluar dari brainwashing miliknya? Padahal aku nggak kena pukulan atau semacamnya.

Bukan terbang, ini lompatan. Karena tadi Shinso melancarkan serangannya, aku berusaha untuk melompat, eh malah kejadian dong. Apakah aku tidak bisa di brainwashing? Atau malah aku memang kena, tapi waktunya sangat singkat.

"Bagaimana bisa?"


















Padahal aku tidak menggunakan quirk, apakah sebuah keajaiban? Atau memang tubuhku bisa begitu? Apa karena angin yang memang sudah menjadi sohibku dan membantu ku? Eh tapi kau ndak pakai quirk kok.

AAAAAAAAAAAA, BINGUNG, PUSING INI KEPALA SAKIT MANA KEMARIN GINJAL GW HAMPIR TERAMPAS KALAU PAS MALEM-MALEM KAGAK PERGI KE RECOVERY GIRL.

Mau nyalahin Bakugo, tapi aku sadar. Kalau perempuan akan serba salah kalau bertemu dia. Bener-bener itu setan blonde, lama-lama ku tenggelamkan juga itu anak pake quirknya Honenuki Juuzo.

"Warui na, quirk mu sepertinya tidak bekerja seefektif seperti ke orang lain."

Because me a Controller Hero, Oxy.











_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_















Dahlah. Nambah OP ini MC.

Fall [Boku No Hero Academia × Reader] • END •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang