32

846 142 32
                                    

Dia mati kok, tapi bukan berarti (Name) benar-benar mati dan tidak akan kembali ke dunia nyata.

Entar saja di lempar ke kenyataan pahit.
___________________________

"(Name)! Bangun! Bertahan!" Fukuyama berulang kali mencoba membangunkan (Name), tapi usahanya gagal. Pelarian (Name) ke rumah sakit tidak berjalan mulus, semula AFO menahan mereka, namun segera teralihkan oleh All Might yang kembali melawan villain itu.

Iruna yang memang datang dan sempat memberi napas buatan kini menahan tangis, gadis remaja dihadapannya terbaring lemah. Jantungnya sudah tidak berdetak.

Ingin bilang percuma, tapi ketika mereka sampai di sana dan mengalahkan nomu, mereka mendapatkan berkas mengenai detail quirk (Name). Memang bukan tentang berapa banyaknya, tapi diantara itu, ada beberapa quirk (Name) yang terdeteksi.

Salah satunya adalah Takdir, quirk dimana seseorang tidak akan mati jika takdir itu memang belum menginginkan orang itu mati. Walaupun jantung terhenti, ataupun tubuhnya hancur sekalipun. Tapi quirk ini punya batas waktu, jika melebihi 48 jam dan tubuh itu atau jantungnya belum kembali berfungsi, maka sudah tamatlah riwayat si pengguna.

Itulah pegangan mereka sekarang, berikan tubuh perawatan, dan berharap akan kembali selamat.

Sementara itu, Todoroki dan Bakugo yang berada di mobil ambulans yang berbeda kini merasa sangat bersalah. Mereka menganggap diri mereka tidak mampu menyelamatkan teman mereka. Dan keduanya tambah terpukul ketika tau tentang tubuh kerempeng All Might.

Bagaimana kedepannya jika semuanya sudah terlambat?

Memang AFO sudah tertangkap dan masuk Tartarus, tapi bukan berarti League Villain terhenti sampai di situ. Shigaraki dan yang lainnya sudah dipindahkan sejak awal, karena AFO tau kalau akan banyak orang yang mencarinya.

Sungguh malang nasibmu (Name).

________________________

Melintasi dunia, di seberang sana, sesosok remaja perempuan kini terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Lehernya diperban cukup tebal, selang pernapasan yang terpasang di hidungnya terhubung ke tabung oksigen. Keadaannya cukup kritis, namun akan baik-baik saja. Seorang pria paruh baya yang merupakan ayahnya kini menatap lekat putrinya yang masih terbaring belum sadarkan diri.

Di tempat lain, masih di dunia yang sama, dua orang remaja laki-laki tengah duduk termenung di depan kamar sang adik yang memang memiliki sofa dan juga sebuah televisi. Tempat dimana mereka bertiga sering melakukan aktivitas seperti bermain game atau belajar bersama.

"Kai, menurut mu, kapan (Name) sadar?" Tanya remaja laki-laki berambut hitam dengan manik mata yang berwarna keunguan. Sementara remaja lain yang juga memiliki rambut hitam namun maniknya berwarna merah hanya menghela napas pasrah.

"Entahlah, tapi ku harap dia cepat bangun. Aku benar-benar merasa bersalah." Sahutnya pelan.

"Aku juga. Sangat."

Dua duanya kembali menghela napas, sang ibu yang mendengar keduanya itu, juga hanya bisa memanjatkan doa agar putri satu-satunya itu selamat dan kembali sehat.

Flashback.

Sekitar 2 hari yang lalu, (Name) bersama dua kakak kembarnya tengah santai berjalan pulang lewat trotoar jalan yang lumayan ramai. Ketiganya memilih lewat jalan raya dibandingkan lewat gang seperti biasa dikarenakan tugas yang mengharuskan keduanya membeli sesuatu.

"Jadi kita perlu beli bambu pramuka? Buat bikin tandu?" Tanya Kai yang tengah memeriksa keperluan yang akan dibeli. Sementara (Name) hanya mengangguk sembari menghitung uang yang diberikan oleh guru sebagai modal.

Fall [Boku No Hero Academia × Reader] • END •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang