Mamoru, memiliki arti melindungi. Tapi jika akhirnya malah dilindungi? -(Name).
Ya itu dilema mu sendiri. -Author.
-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-
(Name)'s POV
Aku jadi syaiton again. Seperti dulu saat aku di pameran I-Expo. Tapi bedanya, tubuhku tidak sadar sama sekali, namun tidak bisa juga dikatakan koma. Intinya, aku cuma molor kelebihan batas.
"Astaga, benar-benar. Kenapa aku punya adik senekat ini?" Fuku bergumam sembari ia memegangi kepalanya, ia kemudian beranjak pergi, mungkin untuk sarapan.
Aku yang bertengger di sampingnya sedari tadi pun mulai bosan, dan karena rasa penasaran yang menjadi-jadi, aku pun pergi ke rumah Fuku melalui teleport dan mengambil sebuah tabung kecil berisi darah dan menumpahkannya. Jiwa ku pun masuk ke dalam darah hingga darah tersebut membentuk seekor burung kecil.
Teknik baru nih, kenapa teknik baru muncul pas aku lagi sekarat doang? Nggak adil ini. Tapi ya sudahlah, aku mau pergi ke tempatnya Todoroki sama Bakugo mau latihan untuk lisensi.
Let's mabur!
Eh, padahal aku setan kenapa malah milih kospley? Ah, sudahlah.
"Sumimasen, sumimasen... Kelas kami memang kelas bermasalah... Tidak peduli apa yang dikatakan, mereka selalu membantah. Baru bertemu sudah menyusahkan kalian."
Mungkin ini yang pak kepsek rasakan ketika menimang-nimang mau mengeluarkan aku dari sekolah atau tidak. Antara anak bermasalah dengan anak emas yang mengharumkan nama sekolah. Gomen-ne, Kocho-sensei. Bukan guru Nezu tapi ye.
Aku mendarat dan bertengger bersama beberapa burung lain di atap tempat itu, nampak juga All Might dan Endeavor tengah berbincang mengenai arti dari simbol perdamaian.
Sampai akhirnya,
"Tenang dan ramah, Todoroki Shoto!"
Present Mic, entah kenapa bukannya kau menambah meriah suasana, malah seakan kau bikin orang-orang makin sulit diatur kalau begini.
Tenang dan ramah apanya, mukanya aja datar, ramah kagak. Sering banget itu anak bikin jantung copot kala manggil yang namanya saya. Asal tepuk bahu sampai bikin orang jantungan.
Remaja itu berjalan mendekati beberapa anak kecil, nampak dua anak gadis agak terkejut sekaligus terpukau dengan ketamvanan putra Endeavor itu. Tetapi, karena keberadaan Camie, ya begitulah.
Segoblok-gobloknya ikemen, ini yang paling parah menurutku. Malah memperkenalkan diri, nggak salah sebenarnya, tapi masalahnya itu anak-anak bukan lagi minta diceramahi ataupun diruqyah. Aku sampai tepuk jidat pakai sayapku gegara liatin itu anak satu.
"Manusia yang bisa berubah bentuk?" Aku menoleh ke samping, nampak dua burung coklat yang bertengger di sampingku menatapku keheranan. Lah aku sendiri heran kenapa bisa bahasa burung. Orang-orang mendengarnya cuma cuit cuit doang. Mungkin...
Dia berjalan lunglai menuju Inasa dkk, alias ditolak sepenuhnya oleh anak-anak itu. Mana aku hampir ngakak pas dia ngomong, "dan aku membencinya," saat memperkenalkan kalau Endeavor adalah ayahnya.
Eum, bentar dulu. Kalau aku berubah bentuk menjadi hewan, maka kalau begitu mungkin aku bisa bahasa hewan. Tapi karena kemarin nggak ada kucing lain di sekitar Midoriya, maka aku tidak menyadari hal tersebut. Sumpah, aku kezel banget sama Chisaki. Yah, walaupun begitu aku beruntung masih bisa membuat Eri pingsan dan quirknya nonaktif. Eraser lama, karena Amajiki-senpai pingsan agak lama, jadi mempengaruhi alur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall [Boku No Hero Academia × Reader] • END •
FanfictionBOOK 1, BOOK KE-2 SUDAH UPDATE DENGAN SAMPUL YANG SAMA ☺️ --------------------- [END] Terjebak dalam dimensi gepeng membuat (Name) harus berjuang membiasakan diri dengan keadaan sekitarnya dan juga identitas barunya. Siapa yang tidak familiar dengan...