PDS 46

3.8K 225 3
                                    

Hai...

Jangan pelit-pelit dong buat VOTE KOMEN & SHARE ya.

Dilarang memplagiat ya.

Sekian dulu, terimakasih.

Selamat membaca.

***

Mereka semua sudah berada didalam markas keadaan didalam benar-benar sudah hancur berantakan bahkan tempat biasa mereka bersantai pun juga sudah tak tertata rapi.

Noval mengepalkan tangannya kuat dia dan Gidyon membangun tempat ini dengan jerih payah mereka bersama teman-teman nya yang lain tapi saat melihat hasil jerih payah mereka di hancur kan begitu saja membuat nya marah besar.

Elin tetap memasang wajah datar nya namun ada kobaran api kemarahan didalam mata cantik itu Elin memasukkan kedua tangannya kedalam saku jaketnya.

Mereka bersama-sama membersihkan sisa kehancuran itu ada yang bertugas menyapu dan membuang puing-puing barang yang sudah tak layak pakai.

Hampir tiga jam lamanya mereka berkutat dengan serpihan-serpihan itu dan akhirnya saat jam menunjukkan pukul enam sore baru lah markas sudah rapi walaupun tidak serapi sebelum di hancurkan tapi sudah lumayan.

Bisa untuk di tinggali, mereka semua duduk mengistirahatkan diri mereka karna selama tiga jam non-stop berkerjasama untuk membuat markas kembali seperti semula. dalam lingkaran inti geng ada Max, Elin, Dimas, Radit, dan Noval diantara mereka tak ada yang membuka suara sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Gue gak paham kenapa Adrian sampe kelewatan batas begini gak biasanya dia begini?" heran Dimas.

"Karna gue" keempat lelaki tadi menatap Elin dengan alis berkerut bingung apa maksud gadis ini.

Elin yang paham maksud tatapan mereka semua menghela nafas sebentar lalu mulai menjelaskan.

"Lo tau gue siapanya Gidyon?" tanya Elin.

"Pacarnya Gidyon" jawab Max.

Elin mengangguk.

"Tau Vanesha kan, cewek itu punya beberapa masalah sama gue dan Adrian adalah pacar Vanesha lebih tepatnya orang tangan kanan dia"

"Dia mau bales dendam dengan nyelakaiin Gidyon supaya gue ngerasain yang setimpal dengan cewek dia" jelas Elin tetap dengan wajah tenang namun sorot mata penuh kemarahan.

Keempat lelaki tadi mengangguk paham jadi itu motif dibalik penyerangan yang dilakukan Adrian karna dendam gadisnya yang memiliki masalah dengan Elin, tapi kenapa tidak mencelakai Elin tapi malah mencelakai Gidyon.

"Dia tau mencelakai Elin bakal sia-sia" tukas Noval menjawab pertanyaan dibenak teman-temannya.

"Lah Elin kan cewek apanya yang sia-sia?" pertanyaan dari Radit membuat Elin menyeringai tipis tatapan gadis itu berubah menjadi tatapan pembunuh haus darah.

"Lo akan tau saat kita sampai di markas mereka" ujar Noval lelaki itu berdiri dari duduk di lantai mengambil jaket jeans berwarna abu-abu miliknya.

Ketiga temannya hanya bisa saling bertatapan lalu ikut menyusul Noval yang sudah berada diluar sedang mengatur strategi pertempuran. sedangkan Elin gadis cantik dengan otak seperti Dewi Hera itu tak kehabisan akal untuk menghabisi musuhnya Elin mengeluarkan pisau lipat yang selalu dia bawa kemanapun dia pergi.

Ditatapnya pisau kecil nan mengkilap itu dengan tatapan tenang namun haus darah Elin memutar pisau itu lalu tersenyum tipis.

"Mari kita singkirkan tikus penganggu dan mari mewarnai kembali bersama ku" lirihnya dengan senyuman psychopath yang sudah lama tak dia tunjukkan.

PRETTY.DANGEROUS.SAVAGE {✓}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang