Hai...
Jangan lupa VOTE KOMEN dan SHARE yah.
Dilarang memplagiat ya.
Sekian dulu, terimakasih.
Selamat membaca.
***
Keadaan rumah sudah sepi karna semua orang sudah pulang ke rumah mereka masing-masing Elin dan mama nya sedang duduk diruang keluarga. mereka tidak membereskan sisa acara kecil-kecilan tadi karna sudah di bantu dengan teman-teman Gidyon juga teman Elin.
Elin menatap dua hadiah kecil diantara banyaknya hadiah yang diberikan untuk nya hadiah itu dari Gidyon dan juga Noval.
"Hayden masih benci sama kamu?" tanya Firda sambil mengelus punggung putri kedua nya itu.
Elin mengangguk membenarkan ucapan mama nya, Firda menghela nafas kecil menatap sedih anaknya.
"Padahal bukan kamu yang bunuh mama nya tapi kenapa dia benci banget sama kamu?" heran Firda.
"Karna tuang besar ma" jawab Elin.
"Tuan besar selalu mengutamakan aku dibandingkan dia, padahal aku di latih sekeras ini juga demi menjaga Hayden dimasa depan"
"Loh bukannya dia gak mau nerusin kerajaan bisnis gelap Daddy yah kok gitu?" Firda semakin dibingungkan dengan apa yang terjadi.
"Itu Noval mah bukan Hayden."
Setelah itu mereka mengobrol hal lainnya tanpa menyinggung masalah pekerjaan Elin ataupun anak dari tuan besar gadis itu.
DDRRT... DDRRT...
Ponsel Elin bergetar di atas meja gadis itu meminta izin sebentar pada mama nya untuk mengangkat telpon sebentar ke kamar nya setelah itu Elin masuk kedalam kamar nya dan mengangkat telpon dari Xillo.
"Ada apa?"
"Dia masih tidak mau bicara"
Elin mengepalkan tangannya erat gadis itu berjalan ke walk on closet membuka brangkas yang ada di dalam lemari kecil dekat baju-baju nya mengeluarkan dua botol kaca berukuran kecil yang di dalam nya terdapat cairan berwarna bening juga.
"Biar gue yang menangani nya, Aslan ada disana?" tanya Elin.
"Ada, dia membantu cukup banyak disini" ujar Xillo diseberang sana.
Elin mengakhiri telpon itu lalu mengganti kaos oversize nya dengan hoddie berwarna maroon serta celana skinny jeans berwarna biru kusam.
Elin mengambil Waist bag hitam nya memasukkan satu pistol Gold-inlaid volt model 1849 pocket Revolver kedalam Waist bag itu lalu suntikan baru sebanyak dua buah juga tak ketinggalan pisau lipatnya yaitu Platinum Mamba.
Sebenarnya Elin memiliki banyak sekali pisau lipat dan juga pistol hanya saja Platinum Mamba memiliki arti tersendiri baginya pisau itu lah yang membantu Elin menguliti beruang Grizzly yang pernah hampir membunuh nya waktu di hutan.
Hanya pisau itu yang menemani Elin selama disana tak ada apapun yang bisa di andalkan selain pisau lipat itu, itu sebabnya Elin menganggap pisaunya itu adalah keberuntungan baginya.
Namun tidak untuk musuhnya pisau itu adalah jalan kematian mereka Elin menyeringai kejam saat mengingat berapa puluh orang yang sudah dia habisi dan berapa puluh orang yang darahnya sudah melumuri pisau kesayangan nya ini.
Elin sudah memasukkan semua benda itu, dia mengambil sepatu Nike Air Jordan 12 "Flu Game" setelah memakai sepatu seharga 1,5M itu Elin mengambil kunci motor nya karna dia akan pergi ke markas sore ini juga. tikus-tikus itu harus segera dia tangani agar sang pemimpin dari para tikus itu segera keluar dari persembunyiannya.
Elin keluar dari kamar saat di ruang keluarga dia menemukan mama dan adiknya sedang bercanda bersama Elin tersenyum tulus melihat pemandangan yang hampir tak berani dia bayangkan dulu nya. tapi sekarang seperti nya itu sudah jadi kenyataan dan Elin bersyukur Tuhan masih berbaik hati untuk keluarga nya.
"Loh kamu mau kemana rapi banget Lin?" tanya Firda heran melihat anaknya yang tadi memakai kaos oversize dan celana training malah sudah berganti sekarang.
"Ada urusan sebentar sama teman-teman ma, kalian di rumah aja kalo butuh sesuatu bilang aja sama bodyguard di depan jangan keluar sebelum Elin pulang" ujar gadis itu memperingati ke dua orang itu.
Firda dan Evi mengangguk mengerti setelah berpamitan Elin langsung pergi menuju basement apartemen nya untuk pergi ke markas Phoenix. Elin mengendarai motornya dengan santai namun dalam pikiran gadis itu terus berperang Elin khawatir dengan sesuatu dan mencemaskan seseorang.
Flashback on.
Dor... Dor...
Elin yang berumur enam belas tahun saat itu baru saja menyelesaikan latihan menembak jarak jauh dia seharian ini sangat sibuk bukan hanya berlatih menembak tapi juga berlatih memanah juga meracik racun dan merakit bom.
Sangat lelah tapi Elin tidak boleh dan tidak bisa mengeluh kalau tidak ingin mati sia-sia disini dia harus bertahan demi adiknya dan mama nya disana.
Prok.. prok..
Tepuk tangan dari seseorang di belakang nya membuat Elin refleks menengok melihat siapa yang masuk kedalam tempat latihan ini karna hanya ada dia seorang disana tak ada siapapun lagi, teman-teman nya sudah kembali ke asrama jadi lah Elin sendirian disini.
"Tu-tuan muda" gugup Elin namun wajah gadis itu tetap datar Walaupun dia cukup waspada dengan orang dihadapan nya sekarang.
"Cih, segitu saja bangga dasar gadis murahan" hina Lelaki muda didepannya.
Elin mengepal kan tangan erat dia tidak boleh melawan kalau tidak ingin disiksa lagi lelaki itu maju selangkah di tangan kanannya memegang pisau lipat yang gagangnya berlapis berlian lelaki itu terus maju menghampiri Elin.
Elin yang waspada terus mundur kebelakang apa yang akan di lakukan tuan muda nya ini padanya hendak bertanya tapi dia takut akan membuat sisi gelap tuan mudanya semakin keluar.
Tepat jarak mereka hanya sejengkal tanpa banyak kata lelaki itu menusukkan pisau lipat berlapis berlian di gagang nya itu ke perut sebelah kanan Elin.
Elin terkejut dengan yang terjadi sekarang dia tidak sadar pisau itu sudah menancap begitu dalam Elin menunduk untuk melihat pisau yang menembus kulit nya lalu dengan mulut yang mengeluarkan darah dia menatap lelaki di hadapannya.
Lelaki itu menatapnya dengan senyum remeh dan juga kebencian yang begitu besar Elin ingin meraih tangan lelaki itu untuk meminta tolong. namun belum dia menggapai nya lelaki itu sudah terlebih dahulu pergi meninggalkan Elin yang berlumuran darah dari perut juga mulutnya.
Elin terduduk dilantai menahan sakit yang luar biasa seperti nya pisau itu sudah di lumuri dengan racun sebelumnya saat pandangan Elin masih setengah sadar.
dia mendengar kalimat yang begitu menyakiti nya dari seseorang yang menusuk nya barusan.
"Matilah Scorpio, agar aku bahagia dan jangan pernah terlahir kembali karna jika kau terlahir kembali aku akan terus menghabisi mu hingga sisa hidup ku" ujarnya berlalu pergi begitu saja tanpa menengok kearah Elin.
Elin menangis dalam diam nya sambil berusaha untuk mencabut pisau yang tertanam di dalam perut nya dan berhasil dengan sisa tenaga nya Elin berhasil mengeluarkan pisau itu.
"AKKH" rintih Elin saat pisau itu berhasil dia keluarkan di genggamnya pisau itu dan ditatapnya dengan tatapan yang lemah sebelum jatuh pingsan Elin sempat melirih.
"Maafkan aku Hayden"
Dan semuanya pun gelap.
Flashback off.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRETTY.DANGEROUS.SAVAGE {✓}
Mystery / Thriller[FOLLOW, VOTE, KOMEN AND SHARE] 🙈 BELUM SEMUA PART DI REVISI HARAP MAKLUM JIKA ADA TYPO DAN KATA-KATA NYA MASIH ACAK.🙈 ••••••• JIKA ADA KESAMAAN TEMPAT MAUPUN TOKOH YANG ADA DIDALAM CERITA MOHON MAAF.CERITA INI BERDASARKAN HASIL KARYA IMAJINASI KU...