PDS 54

3.3K 201 2
                                    

Hai...

Jangan lupa buat VOTE KOMEN dan SHARE yah.

Dilarang memplagiat ya.

Sekian dulu, terimakasih.

Selamat membaca.

***

Elin baru saja sampai di markas nya gadis itu disambut dengan beberapa orang bertubuh besar salah satu diantara mereka mengambil alih kunci motor nya untuk diparkiran kedalam bagasi.

"Bos" sapa mereka semua serentak sambil menundukkan kepala.

Elin mengangguk saja tanpa menjawab dia berjalan masuk kedalam markas setelah pintu markas di bukakan oleh salah satu ank buahnya.

Elin melangkah santai dengan kepala tertutup tudung hoddie dan kedua tangan di masukkan kedalam kantong hoddie nya.

"Bos, ini data yang bos minta waktu itu dan soal lelaki yang pernah menyusup kesini sudah kami habisi bos, semua aman" ujar tangan kanan kepercayaan nya setelah Xillo.

Elin berhenti tepat disamping tangga dia membuka map yang diberikan oleh anak buahnya itu dibaca nya dengan seksama lalu dia berhenti dia berhenti di kalimat, Sang pembunuh meninggalkan tanda bukti berupa bunga mawar berwarna biru dan juga slayer bergambar burung phoenix di samping jasad korban nya.

Elin menggeram rendah membaca kalimat itu dibaca nya sekali lagi kalimat itu namun tulisan itu tetap saja membuat nya marah.

"Kali ini dimana dia beraksi?" tanya Elin melangkah masuk kedalam ruangan di samping tangga.

"Dia mengambil habis harta salah satu pejabat negara dan membunuhnya berserta keluarga nya nona" jawab anak buah nya.

Elin mengangguk dia berhenti didepan pintu bercat hitam di tatapannya pintu itu dengan wajah datar.

"Kau boleh pergi Jordan terimakasih"

Jordan menundukkan kepalanya dan berlalu pergi dari sana, Elin membuka pintu bercat hitam itu dan masuk kedalam sana. ruangan yang temaram itu tidak bisa menyembunyikan kemewahan nya ini adalah tempat eksekusi para tikus-tikus pengganggu tuan besar, tempat ini bisa di katakan cukup menyeramkan karna banyaknya peralatan medis seperti pisau untuk operasi.

Bahkan ada juga laboratorium kecil milik Elin meracik racun di sebelah kiri hanya terhalang kaca saja. Elin melangkah lebih kedalam semakin kedalam pencahayaan di ruangan itu semakin temaram. dia akan menemui kedua orang yang selama ini juga terlibat dalam persembunyian dia.

Kriet...

Pintu ruangan eksekusi itu terbuka sendiri, otomatis tanpa perlu di buka secara manual disana terdapat Xillo, Lino, Aslan, juga Lusiana yang duduk di kursi kebesaran mereka masing-masing dan di depan mereka ada dua orang yang terikat dengan tubuh yang sudah banyak luka dan kebiruan karna lebam.

"Nona" sapa mereka serempak, Aslan sebenarnya tidak di wajibkan untuk menyapa sepupunya itu seperti itu namun karna merasa itu perlu dilakukan jadilah dia ikut-ikutan juga.

Elin berdeham sebentar menanggapi sapaan mereka gadis itu duduk di kursi nya yang tepat berada ditengah-tengah memandang kedua orang yang seperti nya keadaan nya cukup lemah itu. gadis itu memandang kedua orang di depan mereka dengan pandangan remeh juga benci secara bersamaan.

"Masih tak ingin bicara nona Vanesha De Luca Hm?" tanya Elin tenang namun tajam.

Vanesha hanya diam dan menunduk tak menghiraukan perkataan Elin barusan perempuan itu tetap diam membisu.
Elin berdiri sambil melangkah ke arah Vanesha dan Adrian kekasih nya Elin memegangi dagu Vanesha dengan kuat dengan tatapan dingin nya.

PRETTY.DANGEROUS.SAVAGE {✓}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang