PDS 49

3.8K 208 11
                                    

Hai...

Jangan pelit-pelit buat VOTE KOMEN dan SHARE yah.

Dilarang memplagiat ya.

Sekian dulu, terimakasih.

Selamat membaca.

***

"Bwaaahhhahahaa" tawa dokter Rafka pecah mendengar ocehan adik semata wayangnya itu.

"Dasar jomblo lumutan, tugas lo itu cuma bantu ngobatin cewek orang sok-sokan mau jagain yang ada lo yang dijagain sama tuh cewek hahaha" ejek abangnya.

"Yeeu, sialan lo bang bukannya di semangatin adeknya malah diledekin" kesal Rama.

"Intinya jangan sampe suka, hubungan lo sama tu cewek hanya sebatas pasien dengan dokter gak lebih paham kan Rama?" tanya dokter Rafka.

"Iya-iya tau, dah lah gue liat keadaan tuh cewek dulu" Rama akhirnya pergi meninggalkan dokter Rafka yang hanya bisa menggeleng pasrah melihat kelakuan adiknya itu.

Rafka berjalan di lorong rumah sakit sesekali dia menyapa dan disapa oleh para suster juga dokter disana ada juga beberapa Pasien yang dia tangani menyapanya dan mereka semua ditanggapi Rama dengan ramah dan sopan, walaupun adik dokter terbaik sekota ini dan anak pemilik rumah sakit tidak membuat Rafka dan Rama jadi sombong.

Mereka tetap merendah dan merahasiakan identitas mereka berdua dari publik agar tak ada yang salah paham tentang mereka yang berkerja di rumah sakit milik orang tua mereka sendiri.

Rama mengetok pintu ruang rawat Elin sebanyak dua kali lalu lelaki itu masuk kedalam ruangan itu dengan membawa tas kuliahnya beserta buku-buku nya.

Rama meletakkan tas kuliah nya di sofa dekat pintu lalu menaruh buku-buku nya di atas meja depan sofa lelaki itu menghampiri Elin yang masih setia menutup matanya sedari awal kedatangan mereka kerumah sakit ini.

Rama duduk di kursi samping ranjang Elin dia menatap wajah Elin dengan senyum tipis dibibir nya.

"Hai gue Rama, gue udah tau nama lo Elin kan senang bisa kenalan sama lo Lin" sapa Rama pada gadis yang tak merespon sama sekali ucapannya itu.

"Abang bilang, ehk itu dokter Rafka tau kan yang tengil nya gak ketulungan"

"hehehe iya dia Abang gue satu-satunya Lin, dia bilang lo udah ada yang punya baru pacar kan belum jadi suami bisalah gue" cengir Rama masih menatap wajah Elin.

Cukup lama Rama mengobrol dengan gadis yang terbaring lemah diatas ranjang itu ditemani keheningan.

"Huuuaa~~" Rama menguap dia melihat jam sudah menunjukkan pukul enam pagi.

"Udah pagi aja buset perasaan baru aja gue ketemu sama lo udah ada aja jarak yang memisahkan misalnya kayak ngantuk gini" kekeh Rama setelah menyadari ucapannya sedikit ngawur dan aneh.

Lelaki itu beranjak dari kursi samping ranjang Elin lalu membaringkan tubuhnya ke atas sofa panjang dekat pintu ruang rawat Elin berbaring menghadap Elin.

"Mimpi indah Lin, bukan-bukan mimpi Rama Lin hehehe" tawa nya lalu Rama pun menutup matanya ikut bersama Elin menyelami mimpi tak berujung.

•••••

Terhitung baru sehari Elin dirawat dirumah sakit namun siang ini gadis itu sudah sadar dari komanya yang terbilang cukup singkat untuk orang yang tertembak di perut dan kehabisan darah.

PRETTY.DANGEROUS.SAVAGE {✓}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang