PDS 55

3.4K 177 2
                                    

Hai...

Jangan lupa buat VOTE KOMEN dan SHARE yah.

Dilarang memplagiat ya.

Sekian dulu, terimakasih.

Selamat membaca.

***

Elin duduk di dalam ruangan dilantai dua markas, gadis itu duduk di kursi kebesaran nya bersama dengan teman-temannya termasuk Aslan.

"Misi kita hampir selesai Lin Bernando sebentar lagi akan memunculkan dirinya" ujar Aslan.

"Semudah itu?" ragu Lino, dia merasa kurang percaya jika Bernando akan keluar setelah empat tahun pengejaran mereka.

Elin mengangguk menjawab keraguan Lino.

"Dia pasti keluar karna miliknya diganggu, seorang ayah tak akan membiarkan putrinya dalam bahaya" seringai Elin.

"Itu artinya kita harus memperkuat pengamanan Lin, lo tau kan seberapa licik dan gesit Bernando dalam beraksi" Aslan memberi usulan.

"Iya gue setuju sama Aslan" ujar Xillo.

Elin membuka map berwarna biru yang berada di atas meja di baca nya setiap kalimat yang tertera disana dengan seksama.

"Penjualan bulan ini sangat bagus gue harap untuk bulan selanjutnya akan lebih meningkat" ucap Elin pada Jordan yang berdiri di sebelahnya.

Lelaki itu menggangguk patuh pada perintah Elin setelah itu dia pamit keluar ruangan karna mereka berlima ingin membicarakan hal yang penting.

"Gimana dengan Hayden?" tanya Lusiana tiba-tiba.

Elin yang tadinya menyederhanakan tubuh nya langsung duduk tegak tatapan gadis itu berubah dingin di mainkan nya pulpen ditangannya sambil menerawang kedepan.

"Gak mungkin kita ninggalin dia disini, misi kita selain menangkap dan membawa Bernando juga harus membawa pulang Hayden"

Keempat orang yang berada disana fokus menatap Elin menunggu gadis itu membuka suara karna hanya Elin lah yang bisa memutuskan apakah Hayden tetap dibawa pulang ke Italia atau di tinggal di Indonesia dengan penjagaan yang ketat.

Elin menghembuskan nafas berat dia berhenti memainkan pulpen ditangannya lalu menatap satu persatu orang disekitarnya.

"Tetap bawa Hayden kembali, hidup ataupun mati" ujar nya mutlak.

Keempat orang yang mendengar ucapan Elin menegang seperti nya amarah gadis itu dengan Hayden belum juga reda.

Krek...

Suara sesuatu tergeser membuat kelima orang didalam ruangan itu terdiam dan juga melihat sekitar mereka untuk memastikan suara apa itu, berbeda dengan teman-teman nya Elin duduk dengan santainya sambil menatap seluit seseorang di balik lemari penyimpanan senjata mereka.

Bayangan seseorang itu terpantul kan oleh cahaya lampu yang cukup terang didekat lemari itu, ruangan ini tidak memiliki jendela jadi jalan satu-satunya untuk keluar hanya pintu yang berada tepat didepan meja rapat mereka sekarang.

Xillo dan Aslan sudah berdiri hendak menghampiri namun Elin menahan keduanya dengan tangannya mengisyaratkan diam ditempat, akhirnya kedua duduk kembali duduk ke kursi masing-masing.

"Keluar" perintah Elin tenang.

Namun tak ada respon dari seseorang yang berada disana Elin terkekeh dengan dinginnya gadis itu berdiri dari duduknya, meregangkan tubuhnya sebentar lalu melangkah tenang menghampiri seseorang tadi.

PRETTY.DANGEROUS.SAVAGE {✓}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang